Jawa Pos

Setiap Tindakan Bantuan Maksimal Dua Menit

Tim Kode Biru RSUD Ibnu Sina beranggota dokter dan perawat. Tim tersebut dibentuk untuk menangani kasus kegawatdar­uratan yang bersifat insidental. Terlambat sedikit, nyawa pasien bisa melayang.

- ARIF ADI WIJAYA

KODE biru…kode biru…kode biru zona I… suara tersebut terdengar dari pengeras suara di RSUD Ibnu Sina. Saking kerasnya, seluruh warga rumah sakit mendengarn­ya. Empat perawat yang mengenakan rompi biru berlari menuju Ruang Cempaka yang masuk zona I. Seorang perawat membawa koper besar. Ada yang mendorong tabung oksigen. Mereka tergesa-gesa.

Di Ruang Cempaka, ada satu orang yang tergeletak. Dia tidak sadarkan diri. Seluruh personel berompi biru bersiap pada posisi masing-masing. Ada yang memegang kepala. Ada pula yang menyiapkan alat bantu napas dan defibrilat­or (stimulator detak jantung yang menggunaka­n listrik berteganga­n tinggi).

Itu merupakan ”aksi” tim Kode Biru RSUD Ibnu Sina pada Juli lalu. Saat itu ada orang yang tiba-tiba terjatuh, lalu tidak sadarkan diri. Untung, bukan kasus henti jantung. Meski begitu, tim kode biru tetap sigap.

Kode biru merupakan istilah untuk kasus kegawatdar­uratan. Istilah itu dipakai agar seisi rumah sakit tidak ikut panik ketika sinyal kode biru diaktifkan. Sebab, yang berada di rumah sakit bukan hanya tenaga medis. Ada pasien maupun keluarga pasien. ”Yang tahu (kodenya, Red) hanya tenaga kesehatan dan pegawai rumah sakit,” kata dr Mohammad Rusydi, kepala IGD RSUD Ibnu Sina yang juga dokter tim kode biru.

Rusydi mengatakan, tim kode biru sejatinya dibentuk hanya untuk kasus henti jantung. Namun, di RSUD Ibnu Sina, istilah kode biru telanjur diartikan sebagai tanda ada kasus gawat darurat. Misalnya, ada orang yang tiba-tiba jatuh atau pingsan tanpa sebab. Meski bukan kasus henti jantung, sinyal kode biru selalu diaktifkan. ”Tinggal telepon ke operator, nanti diumumkan melalui pengeras suara bahwa ada kasus gawat darurat di zona tertentu,” paparnya.

Ada empat zona di seluruh rumah sakit. Setiap zona memiliki tim masing- masing. Satu tim terdiri atas empat perawat dan satu dokter. Khusus di IGD, tim kode biru yang disiagakan merupakan tim sentral.

Menurut Rusydi, tidak mudah menjadi bagian dari tim kode biru. Sebab, yang dipertaruh­kan adalah nyawa orang. Lebih-lebih jika kasus yang ditangani merupakan kasus henti jantung dengan komplikasi.

Karena itu, tim kode biru harus mampu bergerak cepat. Setiap tindakan hanya dibatasi maksimal dua menit. Dibutuhkan perawat dan dokter khusus yang sudah terlatih. ” Tidak bisa sembaranga­n,” katanya.

Rento Yunita, perawat Ruang Anggrek yang juga anggota tim kode biru, mengatakan memiliki pengalaman lucu sekaligus menegangka­n. Saat itu, Agustus 2016, RSUD Ibnu Sina mengadakan simulasi kebakaran.

Semua tim kegawatdar­uratan dilibatkan. Tidak terkecuali, tim kode biru. Ketika ada panggilan, tim kode biru segera meluncur ke gedung PONEK (pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehens­if), tempat simulasi. ”Tapi, operator bilang, kode biru menuju area Heliconia,” kata Yuni, sapaan Retno Yunita.

Hal itu membuat Yuni bingung. Seharusnya operator mengatakan kode biru menuju area gedung PONEK. Namun, ketika ditanya, pihak operator justru menjawab, ”Heliconia pura-pura pindah ke gedung PONEK.”

Sebagai anggota tim kode biru, Yuni pun geram. Dia menegur petugas operator. ”Nama tempat tidak boleh diubah walaupun hanya simulasi. Kalau gedung PONEK ya disampaika­n gedung PONEK. Heliconia ya Heliconia,” ucapnya kepada petugas operator saat itu.

Setelah dicek, ternyata kode biru untuk area Heliconia bukan termasuk dalam simulasi. Kasus kegawatdar­uratan benarbenar terjadi di ruang Heliconia. Dengan cepat, tim kode biru yang menuju gedung PONEK pun ”balik kanan”.

Satu tim segera menuju ruang Heliconia. Para personel segera bertindak. Alat bantu napas dipasang. Instruksi dokter dilaksanak­an dengan tepat. Hingga akhirnya, pasien yang mengalami henti jantung berhasil selamat.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Ibnu Sina dr Wiwik Tri Rahayuning­sih menyatakan, keberadaan tim kode biru sangat membantu. Kasus kegawatdar­uratan di lingkungan rumah sakit bisa ditangani dengan cepat. Apalagi, di setiap zona sudah ada tim kode biru lokal. (*/c7/dio)

 ?? ADI WIJAYA/JAWA POS ?? SELALU SIAGA: Dokter Rusydi bersama tim Kode Biru IGD RSUD Ibnu Sina.
ADI WIJAYA/JAWA POS SELALU SIAGA: Dokter Rusydi bersama tim Kode Biru IGD RSUD Ibnu Sina.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia