Jawa Pos

Takjub pada Cyclist Oldies, Juga Kota Albi yang Klasik

Bersepeda bukan hanya hobi bagi Edo Bawono. Berbagai tantangan terkait dengan nya itu sudah dia lalui. Berikut kisah Edo saat merasakan ketatnya persaingan UCI (Union Cycliste Internatio­nale) 2017 GranFondo World Championsh­ip di Albi, Prancis, 24–27 Agust

-

passion-

SUDAH umum jika Prancis diketahui sebagai gudang para cyclist legendaris. Banyak event balap sepeda yang menarik untuk diikuti di sana. Alasan itulah yang membuat saya memberanik­an diri memasukkan salah satu event besar di Prancis tahun ini dalam tantangan yang harus saya taklukkan.

Oiya...saya Edo Bawono, pengusaha yang berdomisil­i di Jakarta. Hobi bersepeda membawa saya menantang diri saya mengikuti berbagai lomba dalam naungan UCI (Union Cycliste Internatio­nale). Di Indonesia dan juga di luar negeri. Paling baru ya UCI (Union Cycliste Internatio­nale) 2017 GranFondo World Championsh­ip di Albi, Prancis, 24–27 Agustus lalu.

Sebelum merasakan kompetisi di Albi, tahun lalu saya berlomba di Perth, Australia Barat, tepatnya September 2016. Tahun ini saya juga ikut di Tour de Bintan, Maret lalu. Menariknya, Tour de Bintan merupakan salah satu balapan kualifikas­i resmi UCI GranFondo 2017 World Championsh­ip. Lebih bangganya, saya mendapat peringkat keenam di road race kategori usia 40–44 tahun. Lalu, saya juga turun dalam UCI GranFondo Trento, Italia, Juli lalu.

Itulah yang menjadi bekal saya memberanik­an diri mencoba sirkuit Albi. Dari Indonesia, saya tidak sendiri. Saya bersama Aditia Prabowo. Dia peraih peringkat ke-20 road race kategori usia 19–34 tahun di Bintan.

Meski latihan menggunaka­n jasa coach saya mulai sejak Januari lalu, untuk menaklukka­n GranFondo World Championsh­ip sangat tidak mudah. Bukan tanjakanny­a, tetapi lawannya memang beda level’’.

Ya, itulah yang ada di benak saya saat melihat cyclist luar negeri yang usianya lebih tua. Mereka membuat saya pantas memberikan tepuk tangan. Saya bukan tandingan mereka. Cyclist oldies itu lebih bertenaga ketimbang saya...hehe.

Hari pertama kejuaraan, 24 Agustus, adalah jadwal saya turun di kategori ITT dengan jarak 22,5 km. Start dimulai pukul 08.30 waktu setempat. Start dan finis berada di Albi Motor Racing Circuit.

Cuaca Albi yang terik mencapai 38 derajat Celsius mulai menusuki kulit saya. Kelembapan udara di Albi juga rendah sehingga saya cepat sekali haus. Untuk mengantisi­pasi hal itu, sebelum

saya nabung banyak minum. Hasil ITT saya adalah 36 menit 34 detik. Saya hanya berada di posisi ke51 di antara 59 peserta pada kategori usia 40–44 tahun. Hasil waktu ITT saya hanya berbeda enam menit dengan juara di kategori itu, Plouhinec Samuel asal Prancis. Dia mencatatka­n waktu 29 menit 31 detik.

Sayang sekali. Tetapi, saya takjub dengan yang terjadi pada kategori lain. Kategori usia 70–74 tahun, usia kakek-kakek.

Dengan jarak tempuh dan rute yang sama, catatan waktu yang saya dapatkan masih kalah oleh juara kategori 70–74 tahun. Kakek cyclist asal Norwegia Kaare Christoffe­rsen yang menjadi juara kategori tersebut mencatatka­n waktu 34 menit 40 detik. Lebih cepat 2 menit dari saya!

Lebih takjub lagi saat kategori nenek-nenek berlomba. Kategori usia 65–69 tahun. Memang saya masih unggul atas juaranya, Sharon Prutton (Selandia Baru). Nenek 66 tahun itu mencatatka­n waktu 37 menit 47 detik. Saya hanya unggul sekitar 1 menit atas dia.... Malu? Sudah pasti. Tidak mengapa lah, pesaing saya memang kelas berat semua.

Hari berikutnya, agenda balapan team relay mengelilin­gi pusat sejarah Kota Albi. Start dan finis di Katedral Sainte Cecile Esplanade. Namun, saya tidak ikut karena kekurangan anggota. Saya memilih bersepeda lanjut ke Girona, Spanyol. Menemui kawan saya yang merupakan mantan pembalap profesiona­l tim Orica Greenedge. Sekarang dia membuka toko sepeda dan dua coffee shops di Girona.

Sedikit info, Albi merupakan salah satu World Heritage yang dirilis UNESCO. Struktur bangunan-bangunan di Albi klasik, namun sangat terawat. Apartemen yang saya tempati juga tidak kalah klasik. Bahkan, tangga di apartemen saya merupakan sisa jejak abad ke-13, tepatnya 1359. Saya tahu karena ada penanda dari UNESCO di sebelah tangga tersebut. Padahal, apartemen saya baru’’ didirikan pada abad ke-16 loh.

Hari ketiga, 26 Agustus, adalah day off bagi para cyclist. Kami harus mempersiap­kan diri untuk kembali bertarung di nomor road race keesokan harinya. Namun, banyak aktivitas untuk public enjoy yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Albi. (Bersambung/nic/c4/ady)

 ??  ?? (individual time trial)
(individual time trial)
 ??  ?? race
race

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia