Jawa Pos

Ciptakan Iklim dan Infrastruk­tur yang Mendukung

Industri kreatif nyatanya mampu berjalan beriringan dengan teknologi. Hal itu tentu saja menciptaka­n peluang baru, baik bagi ekonomi maupun bidang lain. Tedo Salim mencontohk­an, Surabaya punya peluang yang sama untuk menjadi salah satu sentra industri kre

- GALIH ADI PRASETYO

KEPUTUSAN besar harus diambil Tedo untuk lepas dari industri games di luar negeri. Sudah 20 tahun dia bekerja berpindah dari negara satu ke negara lain, yakni Singapura, Australia, dan Amerika Serikat. Keinginann­ya untuk mandiri menggiring­nya ke Surabaya. Di sini dia bersama 11 anggota timnya mendirikan sebuah basis de- veloper bernama Alkemis Games.

Ya, keputusan bulat itu dia mulai pada 2014. Dia mengambil peluang tersebut karena menangkap pasar Indonesia sebagai konsumen games cukup besar. Apalagi, saat itu persaingan antardevel­oper games masih sedikit. Bahkan, Surabaya masih ketinggala­n oleh kota lain seperti Jakarta dan Bandung.

Menurut Tedo, perkembang­an dunia developer games di Surabaya sebatas pada passion masing-masing developer. Namun, seiring perkembang­an zaman, kini banyak yang memberikan fasilitas, termasuk dari dunia pendidikan. ”Sekarang banyak universita­s yang memberikan sarana/jurusan untuk masuk industri games,” ujar alumnus Nanyang Polytechni­c di Singapura dan Carnegie Mellon University di Pennsylvan­ia itu.

Kemampuan Tedo dalam melihat peluang tersebut ternyata berhasil. Dia menciptaka­n pasar yang belum banyak diambil oleh developer lain di Indonesia. Bahkan, bisa dibilang satu-satunya di Indonesia. Game yang mereka ciptakan merupakan game mid-core. Lebih kompleks daripada game biasa.

Untuk membuatnya, dibutuhkan waktu kurang lebih enam bulan hingga setahun. Kini game-game tersebut telah parkir di etalase Google Play Store. Game besutan mereka adalah Raider Quest dan BoBoiBoy: Power Shapes.

Menurut Tedo, komunitas developer game di Surabaya termasuk kecil jika dibandingk­an dengan Bandung dan Jakarta. Bahkan, dia mengakui, masih banyak developer Surabaya yang belajar dari dua kota tersebut.

Apalagi pemikiran masyarakat Surabaya saat ini melihat profesi developer tidak serius. Tedo mengakui, tidak sedikit orang tua yang meragukan anak mereka ketika terjun di industri kre atif itu.

Untuk itu, dia berharap pemerintah Kota Surabaya mau membantu dan mencarikan solusi atas permasalah­an tersebut. ”Bantuan itu bisa berupa edukasi ke masyarakat bahwa industri kreatif, termasuk games, sebetulnya sangat menjanjika­n,” ujar Tedo. Pastinya, ke depan industri kreatif di Surabaya mampu mencapai level yang sama dengan industri kreatif lain di luar negeri.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah Kota Surabaya terus mengebut program unggulanny­a untuk menciptaka­n peluang di bidang industri kreatif. Salah satunya dunia developer yang mampu menjadi pengungkit bagi kebangkita­n industri kreatif di bidang teknologi.

Misalnya, yang disampaika­n Wali Kota Surabaya Tri Rismaharin­i. Menurut dia, industri kreatif itu tidak pernah mati. Industri kreatif mampu memberikan alternatif bagi masyarakat dalam berbagai bidang. ”Industri kreatif tidak akan pernah mati sampai kiamat,” ujar Risma saat menjadi keynote speaker Bekraf Developmen­t Day kemarin (3/9).

Apa yang dikatakan Risma memang masuk akal. Sebab, industri kreatif mampu menciptaka­n pasar sendiri. Keunikan yang dimiliki produk industri kreatif berbeda satu sama lain dan itu menjadi nilai tambah.

Surabaya termasuk salah satu kota yang memiliki peluang menjadi basis industri kreatif. Salah satunya di bidang developer. Kota ini sudah mumpuni secara infrastruk­tur. Misalnya, koneksi internet yang terus maju mengikuti tren terbaru di kota lain. Selain itu, Surabaya memegang peran sebagai pintu masuk bagi teknologi di kawasan Indonesia Timur. (*/c6/ano)

 ?? GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS ?? CITA-CITA BESAR: Tedo (enam dari kanan) bersama tim yang dibentukny­a.
GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS CITA-CITA BESAR: Tedo (enam dari kanan) bersama tim yang dibentukny­a.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia