Jawa Pos

Siap Revitalisa­si RPH Tahun Depan

Total Perbaiki Fasilitas, Tingkatkan Produktivi­tas

-

KETUA DPRD Kota Surabaya Armuji Kamis (31/8) lalu kembali melaksanak­an fungsi utama anggota dewan sebagai lembaga pengawasan lewat inspeksi mendadak (sidak). Kali ini, Rumah Potong Hewan (RPH) Surya di Pegirian, Surabaya Utara, jadi sasaran blusukan. Satu hal yang membuat Cak Ji, sapaannya, terdorong meninjau langsung ke RPH adalah kondisinya yang cukup memprihati­nkan.

Kedatangan Cak Ji sore itu langsung disambut Direktur Utama RPH Surya Teguh Prihandoko dan Ketua Asosiasi Niaga Sapi dan Daging Surabaya Hadirie. Gedung yang didirikan di lahan seluas 15.480 meter persegi itu menampung tiga jenis hewan. Mulai sapi, kambing, hingga babi. Ketiganya memiliki kandang berbeda-beda. Tempat dan alat pemotongny­a pun juga tak sama.

”Infrastruk­turnya banyak yang rusak, padahal RPH Surya salah satu cagar budaya yang harus dirawat,” ungkap Cak Ji. Ketika berkelilin­g di beberapa sudut RPH, Cak Ji juga menemukan peralatan yang kurang memadai. ”Sudah banyak yang berkarat, kok bisa sampai seperti ini?” tanya Armuji kepada Teguh ketika memasuki ruang pemotongan sapi.

Menurut Teguh, sejak kali pertama didirikan pada 1927, bangunan tersebut tak tersentuh revitalisa­si. Selain alat potongnya yang sudah tua, dinding- dinding juga banyak yang retak. Bahkan beberapa bagian depan bangunan pun sudah hancur. Yang paling parah terletak di area pemotongan. Minimnya alat- alat yang layak digunakan dan tak adanya bantuan sangat berpengaru­h pada kinerja RPH.

Keadaan tersebut tentu saja mempengaru­hi ketersedia­an daging di masyarakat. Tanggung-jawab untuk memberikan daging yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH) menjadi terhambat. Selain di Pegirian, RPH Surya juga ada di Kedurus. Di lokasi tersebut, kondisinya tak jauh beda.

”Saat hujan deras, RPH banjir, kotoran bisa meluber ke sungai di sebelahnya,” jelas Teguh. Bahkan, salah satu pegawainya pernah dibui karena hal tersebut. ”Kami tidak ingin jika ke depannya ada kejadian seperti itu lagi,” tegas Teguh. Di RPH Kedurus, sebagian lahannya dimiliki oleh pihak ketiga. Hal tersebut, menurut Teguh, mempengaru­hi aktivitas pengolahan daging.

Dampak buruknya juga bisa langsung mempengaru­hi tingkat produksi yang semakin menurun. Teguh menyatakan bahwa dulu pihaknya bisa memotong 300 ekor sapi setiap harinya. Kini, pemotongan menurun hingga 50 persen. Sekarang maksimal 110 ekor sapi per hari.

Penurunan pesanan terhadap pemo- tongan dan daging segar tersebut membawa RPH Surya merugi ratusan juta. ”Semester awal tahun lalu, kerugian kami mencapai Rp 200 juta,” ungkap Teguh. Jika terus dibiarkan tanpa penanganan dari pemerintah, Teguh yakin bahwa RPH Surya tak akan bertahan lama. ”Harus ada kepedulian dari pemerintah, khususnya Pemkot,” lanjutnya.

Anggarkan Rp 30 M untuk Wajah Baru RPH

Tak ingin menanggung kerugian yang lebih banyak, RPH Surya mencoba berbenah dan melakukan inovasi. Salah satu inovasi yang telah dilakukan adalah mendirikan Rumah Daging. Tempat tersebut menjadi etalase dalam memasarkan secara langsung daging- daging segar dan olahan. Demi memaksimal­kan pelayanan di Rumah Daging, RPH juga mendatangk­an butcher internasio­nal.

Keinginan RPH untuk bangkit tersebut langsung mendapat dukungan penuh dari Cak Ji. Dia memastikan kepada RPH mengenai nominal dana yang dibutuhkan untuk revitalisa­si. ”Pembenahan Rumah Daging perlu dana Rp 1,6 miliar, sedangkan untuk revitalisa­si secara keseluruha­n perlu Rp 30 miliar,” papar Cak Ji.

Mengingat kedudukan RPH sebagai cagar budaya sekaligus penyedia daging di Surabaya, dana tersebut tak berlebihan. ” Revitalisa­si ini akan masuk di Kebijakan Umum

Anggaran ( KUA) dan Priorotas Plafon Anggaran Sementara ( PPAS) tahun depan,” tutur Cak Ji.

Hadirie juga sepakat dengan langkah Cak Ji. Menurutnya, RPH Surya akan memiliki wajah baru jika direvitali­sasi dan bangunan serta alatnya diperbaiki. ” Nanti RPH jadi sarana edukasi, anak- anak sekolah bisa study tour kesini untuk melihat secara langsung bagaimana proses pemotongan sekaligus pengolahan­nya,” ungkapnya.

Selain itu, Cak Ji juga memastikan bahwa RPH di Kedurus tak akan dikelola oleh pihak ketiga. Kontrak dengan pihak ketiga yang berakhir Desember tidak akan diperpanja­ng. Semua pengelolaa­n akan diserahkan sepenuhnya pada RPH. Menilik nilai historis yang dimiliki RPH Surya, Cak Ji menyayangk­an jika pihak berwenang diam saja. ”RPH wajib dimasukkan di daftar prioritas anggaran, pemkot juga harus lebih memperhati­kan,” tutupnya. (ree/kkn)

 ?? ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS ?? HARUS DISELAMATK­AN: Armuji (dua dari kiri, depan) mengkritis­i fasilitas di RPH yang sudah menua. Bangunanny­a pun banyak yang sudah rapuh.
ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS HARUS DISELAMATK­AN: Armuji (dua dari kiri, depan) mengkritis­i fasilitas di RPH yang sudah menua. Bangunanny­a pun banyak yang sudah rapuh.
 ??  ?? SIDAK: Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji (tengah) bersama Direktur Utama RPH Surya Teguh Prihandoko (kanan) dan Ketua Asosiasi Niaga Sapi dan Daging Surabaya Hadirie.
SIDAK: Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji (tengah) bersama Direktur Utama RPH Surya Teguh Prihandoko (kanan) dan Ketua Asosiasi Niaga Sapi dan Daging Surabaya Hadirie.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia