Jawa Pos

Belanja Asyik Diiringi Gemericik Air

Pasar tengah sawah Kedungsugo terbilang istimewa. Lokasinya yang berada di areal persawahan dan pegunungan membuat warga betah berlama-lama di sana. Kita bebas berbelanja dengan harga murah sambil menikmati keelokan panorama.

-

GUNUNG Penanggung­an tampak elok terlihat. Dibarengi dengan hamparan areal persawahan membuat udara kian sejuk sekaligus dingin menyentuh kulit. Pemandanga­n tersebut bisa dinikmati saat berada di lokasi pasar tengah sawah Kedungsugo.

Pasar kaget itu selalu ramai di hari libur. Bukan hanya saat Minggu tiba, tetapi juga saat ada hari libur nasional. Kemarin (3/9), pasar dadakan itu digelar. Tepatnya di tengah-tengah areal persawahan seluas 50 hektare di Dusun Cangkringa­n, Desa Kedungsugo. Di kanan-kiri jalan aspal selebar 2,5 meter dan sepanjang hampir 1 kilometer itu, terdapat pedagang yang menggelar lapaknya.

Semilir angin pagi berembus bersamaan dengan tapak kaki masyarakat yang berduyun-duyun datang ke pasar. Sejak pukul 05.00, para pedagang stand by di lapak mereka masing-masing. Beragam barang dagangan ditawarkan. Mulai peralatan rumah tangga seperti sapu, panci, hingga hanger. Banyak berjajar pula penjual pakaian. Mulai jenis daster, baju untuk anak, hingga kaus beraneka gambar.

Penjual mainan anak-anak pun terlihat menempati beberapa titik. Yang tak mungkin ketinggala­n adalah variasi jajanan yang bisa dinikmati anak-anak hingga orang dewasa. Tersedia jajanan tradisiona­l khas seperti gempo dan snack kekinian yang disukai anak-anak, yakni sejenis krepes dan olahan telur.

Hampir setiap Minggu, masyarakat Desa Kedungsugo dan sekitarnya bakal tumplek blek di sana. Para ibu berbelanja sayur. Misalnya, yang dilakukan salah seorang warga bernama Salamah, 34. Dia terlihat sibuk memilih-milih ikan keting di lapak Sriyani Ummah. ”Ikan yang dijual Mbak Sri (sapaan Sriyani Ummah, Red) ini segar-segar,” katanya sembari melihat ikan keting seukuran lengan orang dewasa.

Jika ibu-ibu sibuk berbelanja untuk dimasak, para ayah biasanya berburu sarapan pagi. ” Tadi cari rawon Mbah Sati (salah seorang pedagang, Red), tapi nggak buka. Akhirnya beli nasi pecel kulupan saja,” tutur Rahmat Alimin, pengunjung pasar dari Desa Jati Alun-Alun.

Menurut dia, berkunjung ke pasar tengah sawah sangatlah menyenangk­an. Dia bisa mengajak keluarga sembari merasakan udara sejuk. ”Udaranya di sini kan masih segar. Jadi kadang ya sambil olahraga lari-lari begitu. Kan saya tinggal di desa sebelah,” terangnya.

Untuk putrinya, Amanda Rahmawati Alisa, suasana tersebut pun pasti asyik. Sebab, Amanda sudah punya langganan pelapak. ”Paling suka ya jajan krepes itu. Dan minta tangannya digambar (henna, Red) ke Bang Kasto,” kata Rahmat, lantas tertawa.

Berdirinya pasar tersebut ternyata secara tak sengaja. Iwan Kustiawan, penjual mi kocok di sekitar pasar, mengaku sudah lama berjualan di sana. ”Saya sering buka lapak di sini kalau Minggu sejak 4 tahun lalu,” ungkapnya. Saat itu, dia hanya berhasil mengajak empat penjual lain. Salah satunya, ibunda Iwan sendiri yang berjualan telur gulung.

Lama kelamaan, makin banyak pedagang yang berbondong-bondong membuka lapak di lokasi tersebut. Mereka mengakui bahwa penjualan lumayan meningkat karena lokasi pasar yang cukup strategis, dekat dengan kesibukan warga. (via/c21/ai)

 ??  ?? BUKA PADA HARI LIBUR: Suasana pasar tengah sawah Desa Kedungsugo, Prambon, kemarin. ARYA DHITYA/JAWAPOS
BUKA PADA HARI LIBUR: Suasana pasar tengah sawah Desa Kedungsugo, Prambon, kemarin. ARYA DHITYA/JAWAPOS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia