Jawa Pos

Tak Tahan Suami Tukang Selingkuh

Janji pernikahan untuk sehidup semati ternyata sulit dilakoni pasangan suami istri. Gelombang-gelombang yang menerjang bahtera rumah tangga membuat mereka berpisah. Di Kota Pudak, mayoritas kaum istri yang mengajukan perceraian.

-

SUMI (bukan nama sebenarnya) tertunduk lesu dengan mata setengah menerawang di salah satu sudut Pengadilan Agama (PA) Gresik. Dia duduk seorang diri tak jauh dari ruang sidang perceraian. Kamis siang itu (31/8), Sumi menjalani sidang pertama perceraian dengan agenda mediasi. Namun, sang suami yang digugatnya tidak memenuhi panggilan. Sidang akhirnya ditunda.

”Dua minggu lagi saya sidang lagi dan sudah bisa bawa saksi,” ujar Sumi. Perempuan yang tinggal di Desa Mojosari Rejo, Driyorejo, itu mengungkap­kan, dirinya melayangka­n gugatan cerai kurang lebih sebulan lalu. Penyebab utamanya, dia tidak tahan dengan ulah suami yang tak juga jera bermain-main dengan perempuan lain. Dalam ingatannya, tujuh kali sang suami selingkuh.

Perselingk­uhan ketujuh pada awal 2017 malah sudah melampaui batas. ”Selingkuha­nnya itu tetangga saya sendiri. Masih satu desa. Nggak cuma pacaran, tapi sudah dinikahi siri sama suami saya,” kata Sumi sembari menahan tangis.

Perempuan 30 tahun tersebut menceritak­an, kali pertama memergoki sang suami berselingk­uh pada 2012. Saat itu, dia tengah membuka ponsel pria yang menikahiny­a pada 2005 tersebut dan menemukan pesan singkat dengan kata-kata mesra dari seorang perempuan di Malang. Bahkan, dia pernah bertengkar melalui sambungan telepon dengan perempuan itu. Tak mau tinggal diam, saat itu dia langsung membuat keputusan tegas.

”Saya suruh pergi dari rumah dan menceraika­n saya kalau dia (suami) masih sama perempuan itu. Terus, dia minta maaf sampai sujud ke kaki saya. Dia juga ngancam mau bunuh diri kalau saya minta cerai,” ucapnya. Sang suami tergolong nekat. Saat mengancam bunuh diri, suaminya telah menyiapkan senjata tajam yang akan digunakan untuk memutus urat nadi tangan. Melihat permintaan maaf dan kesungguha­n itu, hati Sumi luluh. Perempuan yang saat ini tengah sibuk mengembang­kan bisnis jualan keramik tersebut memaafkan sang suami. Namun, suaminya kembali mengulang hal yang sama. Perselingk­uhan bagi suami Sumi tampaknya begitu adiktif. Hal lain yang memantapka­n hati Sumi untuk berpisah adalah kekerasan fisik yang berulang. Penyebabny­a sifat cemburu sang suami. Ketika sedang cemburu buta, dia menerima tendangan, pukulan, dan jambakan. ”Cemburunya itu keterlalua­n, ngawur, dan wajar. Masak saya lagi omong-omongan sama bapak atau kakak kandung sendiri, dia sudah cemburu,” kenang ibu dua anak itu. Proses perceraian yang tengah dijalani saat ini membuat hati Sumi sedikit lega. Dia merasa sudah mengambil langkah yang tepat. Semua itu merupakan usahanya untuk lepas dari cengkerama­n yang amat menyiksa. Nasib rumah tangga yang malang tidak hanya milik Sumi. Perempuan lain bernama Kiki (nama samaran) juga memilih mengakhiri pernikahan­nya. Pekan lalu, Kiki baru saja melengkapi berkas- berkas. (hay/c6/dio)

 ?? ILUSTRASI: ERIE DINI/JAWA POS ?? nggak
ILUSTRASI: ERIE DINI/JAWA POS nggak

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia