Jawa Pos

Srikandi-Srikandi Nusantara, Racikan Ludruk dan Film

-

SURABAYA – Pentas Nusantara memang bukan pertunjuka­n ludruk yang biasa-biasa saja. Ia adalah perkawinan panggung ludruk dengan petikan-petikan adegan khas layar perak. Lakon tersebut dimainkan di Gedung Kesenian Cak Durasim, kompleks Taman Budaya Jawa Timur, Selasa malam (5/9).

Untuk tetap mengusung cita rasa ludruk, pertunjuka­n dibuka dengan tari remo. Setelah itu, ada aksi ngepur (lawak) oleh Sabil Lugito dan Momon. Mereka mengocok perut khas Jawa Timuran. Spontan. Dengan mimik muka yang megelno, khas Cak Momon.

Misalnya, saat Cak Sabil bertanya jumlah anak Cak Momon. ’’ Telu (tiga, Red),’’ jawab Cak Momon. ’’ Anake bojomu pira?’’ tanya Cak Sabil lagi. ’’ Telu!’’ sahut pelawak bertubuh gembul itu. ’’Berarti anakmu enem (enam, Red), ya?’’ kata Cak Sabil.

Tentu, Cak Momon langsung menyembur, ’’ Dadi anggota Parfi kok goblok, ya?’’ balas Cak Momon disambut tawa penonton yang menggelega­r

Ya, pentas yang disutradar­ai Meimura itu memang digagas Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) Jatim. Kisahnya tentang perjuangan memberanta­s peredaran narkotika. Pemainnya berjumlah 25 orang.

Pada sesi pertama, ditampilka­n kepiawaian sutradara dan pemain membesut adegan film yang ditayangka­n di layar. Irama gamelan mengiringi pemutaran film tersebut.

Di situ dikisahkan Cak Momon sebagai bandar besar narkoba. Dia memeriksa ’’komoditasn­ya’’ sebelum dikirim ke pengedar. Lagi-lagi, Cak Momon masih mempertaha­nkan kekocakann­ya meski dia seorang penjahat.

Masih di film, muncul Wira Lina sebagai salah seorang srikandi. Dia berinisiat­if masuk ke sarang bandit narkoba itu. Sayang, sang srikandi ketahuan. Dia disiksa.

Dan, adegan penyiksaan itulah yang dimunculka­n secara nyata di panggung. Wira diikat di kursi, dipukuli. Di tengah-tengah itu, muncullah Bos Momon yang marah besar kepada Wira. Dasar pelawak, marahnya pun bikin ketawa.

Di tengah-tengah kekisruhan, muncul para srikandi yang lain. Mereka membebaska­n Wira sekaligus menangkapi para pengedar narkotika.

Adegan penutup pentas itu juga ditayangka­n lewat layar. Kisahnya menggambar­kan ibu sang srikandi (diperankan AKBP Suparti, kepala BNN Kota Surabaya). Dia sedih karena salah seorang anaknya menjadi pecandu narkoba. Berawal dari itu, srikandi dan ibunya bertekad kuat memberanta­s peredaran narkoba.

’’Kami miris dengan adanya peningkata­n kasus pecandu narkoba. Itu dialami banyak remaja,” kata Meimura. Dia berharap pentas film-ludruk itu bisa dinikmati masyarakat. Karena itu, Meimura menggagas pentas keliling Jatim.

Acara tersebut juga dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dan mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. ’’Ini unik. Bu Wira dan kawankawan berusaha menghidupk­an kesenian ludruk sebagai ciri khas Jawa Timur,” ungkap Gus Ipul, sapaan Saifullah Yusuf.

Sementara itu, Dahlan menyatakan suka dengan konsep Srikandi-Srikandi Nusantara. ’’Baru lihat ini. Perpindaha­n dari layar ke panggung,” ungkap Dahlan. (bri/c7/dos)

 ?? ARYA DHITYA/JAWA POS ?? Srikandi-Srikandi
ARYA DHITYA/JAWA POS Srikandi-Srikandi
 ?? ARYA DHITYA/JAWA POS ??
ARYA DHITYA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia