Pakai Kemasan Premium, Harga Langsung Melonjak
Berawal dari hobi, akhirnya menjadi lahan rezeki. Itulah yang dibuktikan Sri Rahayu, warga Prima Kebraon Taman, Surabaya Barat. Perempuan 43 tahun tersebut berhasil membuat tas dan dompet sulam hingga menghasilkan omzet jutaan rupiah. Kini dia menggandeng
DERETAN tas koleksi Sri Rahayu terlihat begitu apik di atas meja ruang pertemuan humas pemkot pada Kamis (7/9). Semua berbahan kain disulam pita. Penyulaman dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.
Koleksi yang cukup menarik adalah dompet dengan sulam daun semanggi. Warnanya hitam dengan hiasan daun semanggi hijau. Sangat mencolok. Namun, dompet itu tampak cantik ketika ditenteng. Ada juga dompet dengan hiasan bunga menjuntai panjang berwarna biru. ’’Ini keduanya dompet premium. Saya kasih merek Ndondomi,’’ katanya.
Bukan hanya produk tas dan dompet yang cantik. Packaging produk itu juga begitu menarik mata. Untuk membuat konsep tersebut, perempuan yang karib disapa Yayuk Surat itu tentu telah melewati proses panjang. Maklum, usaha kecil dan menengah (UKM) yang dia kembangkan tersebut dimulai dari cara sederhana. ’’Dulu tidak kepikiran membuat produk premium. Yang terpikir hanya membuat produk yang laku dijual,’’ ujarnya.
Awalnya, Yayuk memang hanya tertarik membuat aksesori. Dia merangkai kalung, gelang, bros, dan anting. Satu per satu karya yang dibuatnya terjual. Lambat laun usahanya berkembang. ’’Aksesori yang saya buat laku. Dari mulut ke mulut,’’ ucap dia.
Pada 2010, Yayuk mulai mengikuti pelatihan yang diadakan badan pemberdayaan masyarakat (bapemas). Kini bapemas berganti nama menjadi dinas pengendalian penduduk, pemberdayaan perempuan, dan perlindungan anak (DP5A). Dari situlah konsep kegiatan UKM yang dijalani makin berkembang.
Pada 2011, Yayuk sudah menjadi instruktur pembuatan aksesori. Dia melatih perempuan-perempuan Surabaya. ’’Dua tahun menekuni aksesori, akhirnya saya beralih ke sulam pita,’’ jelas dia.
Yayuk menyatakan, ilmu membuat aksesori sudah diterapkan kepada seluruh anggota pahlawan ekonomi. Akhirnya, dia mengembangkan produk tas dan dompet sulam pita hanya untuk suvenir. Lambat laun banyak yang membelinya untuk dikoleksi dan dipakai sebagai pelengkap fashion. ’’Ada dompet, tas jalan, dan tas belanja,’’ terangnya.
Harganya relatif murah. Mulai Rp 15 ribu hingga Rp 150 ribu. Hingga akhirnya, pada 2014, dia meraih penghargaan juara I desain aksesori dari bapemas. Kemudian, tahun lalu dia mendapatkan penghargaan juara pertama pahlawan ekonomi yang dihelat pemkot. ’’Tidak disangka, usaha saya bisa mengantar saya sampai seperti ini,’’ tuturnya.
Salah satu yang membuat nama Yayuk terkenal adalah tas dengan konsep semanggi Surabaya. Karyanya diapresiasi juri. Tiga juri nyantol dan penghargaan sebagai pahlawan ekonomi pun diraih Yayuk. ’’Dulu kemasan saya masih agak jadul,’’ jelasnya.
Semula dia tidak memikirkan packaging. Namun, setelah memperoleh pelatihan dari bapemas, kini dia mengemas produknya menjadi terlihat premium. Sekarang produk premium diberi merek Ndondomi. ’’Kemasannya bagus. Harganya langsung mahal,’’ ungkapnya.
Saat ini hobinya tersebut terus dikembangkan. Dia juga pernah memberikan pelatihan kepada mama-mama Papua. Begitu juga lingkungan sekitar. Khususnya perempuan-perempuan Surabaya. ’’Saya senang sekali menularkan hobi,’’ ujar dia.
Yayuk menuturkan, omzet yang diperoleh cukup besar. Dari modal hanya Rp 10 juta, kini dia memperoleh pendapatan minimal Rp 6 juta per bulan. ’’Kalau ada orderan bisa sampai Rp 15 juta. Apalagi kalau ada pameran,’’ tandasnya. (*/c14/oni)