Bergerak dengan Anggaran Terbatas
FASILITAS sepak bola sejatinya cukup banyak di kota pudak. Baik stadion maupun lapangan sepak bola. Hanya, yang memenuhi standar profesional baru Stadion Petrokimia Gresik.
Sebenarnya, pemkab sudah menyiapkan stadion baru, yaitu Gelora Joko Samudro (G-Jos). Sejak dibangun pada 2013, dana Rp 270 miliar dikeluarkan. Namun, stadion di Bukit Lengis itu belum dinyatakan layak. Perbaikan tengah dilakukan. Rencananya, G-Jos sudah bisa difungsikan akhir 2017.
”Perbaikan mengacu pada rekomendasi PSSI agar G-Jos memenuhi standar untuk kompetisi,” kata Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum Gresik Ahmad Washil.
Di sisi lain, jumlah lapangan sepak bola cukup banyak. Sedikitnya ada 17 lokasi. Sebagian besar lapangan dikelola pemerintah desa. Di antaranya, lapangan Delegan di Kecamatan Panceng, Pongangan (Manyar), Hulaan (Menganti), hingga Wringinanom.
Lapangan yang dikelola pemerintah belum masuk kategori layak. Misalnya, lapangan Cerme. Rumputnya kurang bagus. Ruang ganti pun tak ada. Yang lumayan adalah lapangan Sidayu. ”Hanya, kami sulit menggunakannya. Sebab, ada biayanya,” ujar Sekretaris PSSI Askab Gresik Syamsul Arifin.
Saat menggunakan fasilitas lapangan di G-Jos, PSSI maupun sekolah sepak bola diharuskan membayar. Bahkan, saat seleksi pemain timnas U-12 Februari lalu di G-Jos, mereka tetap ditarik biaya. ”Sejatinya, kami mafhum dengan kebijakan itu,” ucapnya.
Masalahnya, hanya disediakan anggaran PSSI Rp 175 juta untuk program setahun. ”Jujur, dengan kondisi ini, kami harus memutar otak,” tuturnya.
PSSI Askab Gresik terpaksa mencari alternatif pendanaan. Misalnya, menggandeng donatur hingga sponsor. ”Alhamdulillah, dari sisi geliat sudah terlihat. Cukup banyak klub amatir yang berkiprah di kompetisi,” kata Wakil Sekretaris PSSI dr Asluchul Alif Maslichan. Salah satunya adalah Persegres Putra yang terus melaju di kompetisi Liga 3. (ris/c18/roz)