Jawa Pos

Tak Disuka karena Proses, Bukan Persona

Hari Ini Halimah Yacob Dilantik Jadi Presiden

-

SINGAPURA – Hari ini, Singapura bakal memiliki presiden baru. Seharusnya, hari ini menjadi momen istimewa karena presiden kedelapan tersebut adalah perempuan dari etnis Melayu. Namun, kenyataann­ya, publik kecewa. Bukan pada sosok Halimah Yacob, perempuan yang akan menggeser Tony Tan dari kursi presiden, tapi lebih pada prosesnya yang dianggap tidak demokratis. Sekitar 5,6 juta pendudukny­a merasa tak dianggap.

Amandemen konstitusi Singapura yang membuatnya begitu. Peraturan baru membuat Halimah maju sendirian dalam proses pemilihan presiden. Karena tak ada lawan, Komisi Pemilihan Umum Singapura (PEC) merasa tak perlu melaksanak­an pemungutan suara. Sebenarnya, Mei lalu, sudah ada yang menggugat amandemen yang diketok pada September 2016 tersebut karena dianggap tidak demokratis. Namun, pengadilan menolaknya.

Komentar pedas pun bermuncula­n di banyak media sosial. ’’Jangan menyebut ini pemilu jika kami tidak bisa memberikan suara,’’ tulis pengguna Facebook Fazly Jijio. Apalagi, Halimah berasal dari partai penguasa People Action Party (PAP). Jijio bukan satu-satunya yang memberikan komentar miring. Komentarko­mentar itu mulai bermuncula­n saat PEC mengumumka­n lolosnya Halimah sebagai kandidat presiden Senin (11/9).

Berdasar data yang dirilis perusahaan jasa konsultan Meltwater, sentimen negatif tentang pilpres mencapai 83 persen. Hanya 17 persen yang positif. Tagar #NotMyPresi­dent di Singapura kian marak saja di media sosial. Tagar itu kini menjadi trending di Twitter dan Facebook. Apa pun komentar publik, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa Halimah bakal menjadi presiden kedelapan Singapura. Dia menjadi perempuan pertama yang memimpin negeri yang terkenal dengan Patung Merlion-nya itu.

Meski mewakili rakyat Melayu, sebenarnya Halimah tak berdarah murni. Ayahnya yang meninggal kala dia usia 8 tahun berasal dari etnis India. Mendiang ibunya, Maimun Abdullah, yang berdarah Melayu. Untuk sampai di posisinya sekarang, Halimah harus berjuang keras. Sejak ayahnya meninggal, ibunya berjualan nasi padang dengan menggunaka­n gerobak. Halimah kecil membantu mencuci piring, beres-beres, dan menyajikan makanan ke pembeli. Aktivitas itu membuat dia kelelahan dan akhirnya sering tertidur di kelas.

Halimah Yacob lahir di Singapura pada 23 Agustus 1954. Dia menempuh pendidikan di Singapore Chinese Girl’s School dan Tanjung Katong Girl’s School sebelum melanjutka­n ke University of Singapore. Dia juga merupakan alumnus National University of Singapore (NUS). Tahun lalu dia dianugerah­i gelar doktor kehormatan di bidang hukum oleh NUS. Mantan PM Singapura Lee Kuan Yew juga pernah mendapatka­n gelar serupa dari NUS.

Pengamat menilai, Halimah akan membawa beban berat saat menjabat nanti. Sebab, kemampuann­ya sebagai presiden dipertanya­kan. Penyebabny­a, Halimah tidak dipilih rakyat. Dia menjabat karena sistem. Yaitu, karena kandidat presiden yang lain tidak lolos kualifikas­i. (CNN/StraitTime­s/MarketingI­nteractive/sha/ c17/any)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia