Jawa Pos

Masih Gelisah Kekurangan Dana

Cari Opsi Selesaikan Defisit Anggaran

-

JAKARTA – Kegelisaha­n menyer tai rencana penyelengg­araan Asian Games (AG) dan Asian Para Games (APG) yang sama-sama berlangsun­g di Indonesia tahun depan. Sisi pendanaan masih disertai banyak masalah. Problem tersebut terkuak dengan gamblang saat panitia AG (Inasgoc) dan APG (Inapgoc) melakukan rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan legislatif di ruang rapat Komisi X DPR kemarin (12/9).

Dengan waktu penyelengg­araan yang kurang dari setahun, sisa waktu untuk melakukan persiapan sudah demikian mepet. Selain penyelesai­an prasarana yang terus dikebut, berbagai kebutuhan dan fasilitas lain tengah dicarikan solusinya. Tapi, semuanya bermuara pada dana yang disediakan pemerintah dan pihak-pihak yang lain.

Kegelisaha­n paling besar dirasakan pihak Inapgoc. Melalui Ketua Inapgoc Raja Sapta Oktohari, pihaknya sama sekali belum mendapatka­n kucuran anggaran. ”Kalau nggak siap secara anggaran, mending dibatalkan saja,” ujarnya dalam RDPU kemarin.

Pernyataan keras Okto tersebut mengundang perhatian sejumlah anggota dewan. My Esti Wijayati, salah satunya. Anggota DPR dari Fraksi PDIP itu menyayangk­an pernyataan Okto yang dianggapny­a terlalu terburu-buru.

Menurut dia, APG dan AG merupakan satu paket dengan dampak dan konsekuens­i yang sama. ”Saya kira saat ini seharusnya lebih berkoordin­asi bagaimana anggaran bisa terpenuhi. Melalui sponsor, mi sal nya,” ucap pe - re mp u a n asal DI Jogjakarta tersebut.

Lebih lanjut, Okto mengungkap­kan bahwa yang menjadi keresahan Inapgoc saat ini adalah Rp 86 miliar anggaran untuk 2017 belum sepeser pun cair. Patut diketahui, APG yang merupakan penyelengg­araan kali ketiga itu terlaksana sekitar sebulan setelah berlangsun­gnya AG 2018.

Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto yang mewakili Kemenpora juga memberikan catatan penting kepada Inapgoc. Selanjutny­a, dia akan melakukan followup kepada Kemenko PMK untuk mencari solusi dan alternatif anggaran yang lain. ”Saya rasa tetap jalan (AG-APG, Red) karena sudah satu paket,” ujarnya.

Gatot juga menyadari kegelisaha­n Okto dan timnya. Sebab, sejak ditetapkan menjadi ketua Inapgoc Juli lalu, Okto memang terkendala dengan proses distribusi anggaran pemerintah via Kemenpora.

Total anggaran untuk 2018, yaitu Rp 826,3 miliar, juga dinilai kurang ideal. Jika dikomparas­ikan dengan biaya penyelengg­araan PON XIX/2016, jumlahnya lebih sedikit. Sebagaiman­a diketahui, saat itu anggaran penyelengg­araan PON mencapai Rp 1 triliun.

”Jadi, ada kemungkina­n penyelengg­araannya tidak lebih baik ketimbang PON,” ungkap Okto. Treatment khusus Inapgoc untuk APG memang disiapkan sejak jauh-jauh hari. Apalagi, peserta APG merupakan atlet difabel yang juga harus mendapatka­n treatment khusus.

Misalnya, untuk urusan katering, Inapgoc sudah menyiapkan dua opsi, di wisma atlet dan venue. ”Itu muncul karena masalah mobilisasi. Opsi tersebut akan kami maksimalka­n,” lanjut Okto.

Sementara itu, anggaran 2018 juga menjadi perhatian Inasgoc sebagai panitia Asian Games. Saat ini masih ada setidaknya defisit anggaran Rp 1,2 triliun dari total Rp 4 triliun yang dianggarka­n pada 2018.

Perinciann­ya, Rp 2,9 triliun anggaran 2018 dan Rp 1,3 triliun untuk anggaran multiyears. Solusi sisa kekurangan tersebut, diakui Gatot, juga akan coba dicarikan dari sponsorshi­p. ”Berapa jumlahnya memang belum diketahui. Pak Erick Thohir (Ketua Inasgoc, Red) juga tidak menyebutka­n secara detail,” tutur Gatot yang juga masuk struktur kepengurus­an Inasgoc. (nap/c24/ady)

 ?? WAHYUDIN/JAWA POS - GRAFIS: ANDREW/JAWA POS ?? KEBUT PENYELESAI­AN: Kondisi bagian dalam Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 18 Agustus lalu. Arena tersebut juga akan menjadi venue utama untuk Asian Para Games (APG) 2018.
WAHYUDIN/JAWA POS - GRAFIS: ANDREW/JAWA POS KEBUT PENYELESAI­AN: Kondisi bagian dalam Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 18 Agustus lalu. Arena tersebut juga akan menjadi venue utama untuk Asian Para Games (APG) 2018.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia