Jawa Pos

ADU CERDIK ANTARTEMAN

Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Peribahasa itu persis dengan kegiatan di Elyon Christian School. Sembari bermain xiangqi, catur asal Tiongkok, para murid mengenal budaya.

- (kik/c20/nda)

NAMANYA anak-anak. Energinya banyak. Mereka tidak bisa diam. Karena itu, siswa-siswi SD Elyon kerap mengisi waktu luang dengan bermain board games. Terutama ketika waktu istirahat tiba.

Rupanya, board games sudah lama dihidupkan di Elyon. Tak hanya sebagai ekstrakuri­kuler, tetapi juga permainan seharihari. Lumayan, energi tersalurka­n. Otak kian terasah. Misalnya, ketika bermain xiangqi.

Permainan dengan papan persegi tersebut menyerupai catur. Hanya, bentuk bidaknya berbeda. Permainan asli negeri Tiongkok itu memiliki bidak berbentuk bulatan pipih. Satu sama lain serupa. Namun, simbol di atasnya berbeda.

Simbol tersebut bertulisan huruf Mandarin. Tentu, itu menjadi sarana belajar bahasa Mandarin. Dengan mengetahui maksud simbol, barulah pemain tahu tugas dan cara jalan bidak tersebut. Yang jelas, tugasnya satu, menyingkir­kan bidak lawan dari papan permainan.

Keberadaan xiangqi sangat pas dengan karakteris­tik Elyon. Sebab, sekolah di daerah Sukomanung­gal itu menyisipka­n banyak kebudayaan Tiongkok dalam pembelajar­an.

Tak heran, banyak siswa yang menguasai xiangqi. Geoffrey Daniel Ong, misalnya. Pelajar kelas

VI tersebut mengaku sudah lama bermainsam­a Papa xiangqi.dan Engkong,” ”Biasa katanya. main Kendati demikian, Geoffrey mengaku tidak mengerti simbol yang terbubuh di atas setiap bidak. Dia juga mengaku tidak bisa membacanya.udah hafal,” tuturnya. ”Pokoknya Rupanya, permainan itu menjadi ajang menorehkan prestasi. Salah satunya, Sharon Evelyna Hidajat. Bocah kelas VI tersebut sudah mengikuti kompetisi xiangqi antarsekol­ah. ”Dapat ranking IV. Waktu itu pas aku kelas IV,” ujarnya. Sharon mengaku tertarik belajar

xiangqi setelah terlebih dulu menguasai catur. Permainan catur bahkan lebih banyak mengantarn­ya sebagai juara. Dia langganan menyabet piala KONI untuk cabor catur se-Surabaya selama tiga tahun terakhir. Rupanya, Sharon belajar catur sejak kelas I.

Sebelum xiangqi, catur memang berkembang lebih dulu di Elyon. Keduanya sama-sama jadi ajang adu kecerdikan antarsiswa. Dua permainan tersebut menjadi media untuk mengasah otak dan bersosiali­sasi dengan teman. Maklum, keduanya tidak bisa dimainkan sendiri.

Selain itu, masih ada board games lain yang dipelajari siswa. Sebut saja, monopoli dan ular tangga. Permainan tersebut tersedia di kelas. Ada pula board games khas Indonesia. Yakni, dakon.

Meskipun demikian, tetap tidak boleh memainkann­ya sembaranga­n. Harus ada izin dari guru dan di bawah pengawasan. Sebab, seluruh board games yang disediakan disimpan dalam loker yang terkunci.

Hal itu diungkapka­n Manajer Pengembang­an Elyon Christian School Chopin Pranoto. Tujuannya, menghindar­i anak-anak bermain di luar jam istirahat. Karena itu, guru kelas memegang kunci loker dan membukanya kala istirahat.

Keberadaan board games memang diharapkan jadi ajang sosialisas­i. Sebab, ujar Chopin, permainan tersebut tidak bisa dilakukan seorang diri. ”Mau tidak mau, anak akan bermain dengan temannya,” jelasnya.

 ??  ?? MAIN BARENG: Para murid kelas V dan VI Elyon Christian School bermain xiangqi saat istirahat di perpustaka­an sekolah. GUSLAN GUMILANG/JAWA POS
MAIN BARENG: Para murid kelas V dan VI Elyon Christian School bermain xiangqi saat istirahat di perpustaka­an sekolah. GUSLAN GUMILANG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia