Jaga Kualitas Yang Utama
Menjaga eksistensi usaha hingga bertahan puluhan tahun bukan perkara mudah. Berbagai macam rintangan selalu menghadang. Namun, pelaku UMKM ini tetap menatap masa depan. Hasilnya tidak hanya dinikmati pelaku usaha, tetapi juga warga sekitar.
’’SUDAH 31 tahun usaha ini berdiri,’’ kata Siswanto. Dia menggeluti usaha tandon pracetak. Tiap hari dia selalu memantau kerja karyawannya. Begitu juga kemarin (12/9). Dia berjalan hingga ke sudut pabrik pembuatan tandon miliknya di RT 1, RW 1, Desa Tambak Sumur, Waru.
Setelah itu, kakinya melangkah ke area pengeramikan. Lelaki 59 tahun tersebut lantas mengecek produk yang akan dijual. Salah satu yang tidak per nah terlewatkan adalah fondasi besi yang dipakai. Besibesi itu ditata dengan jarak satu jengkal tangan perempuan dewasa. ’’Ini ukurannya sudah
bisa dikompromi. Supaya produknya kuat,” ujarnya.
Dia tidak mau produknya rentan pecah. Itu yang membuat produknya berbeda dengan lainnya. ’’Banyak pelaku usaha lainnya yang mengurangi jumlah kerangka besi yang dipasang. Dengan begitu, bisa menghemat biaya,’’ ucapnya. Namun, hal tersebut tidak akan dilakukannya. ’’Saya ini Mbah Beton,’’ kelakarnya. ’’Saya tidak mau mengubah resep tandon,’’ imbuhnya.
Dampaknya, pemilik UD Sumur Jaya itu mengaku bahwa jumlah pembelinya menurun. Sebab, banyak yang membeli produk lain dengan harga lebih murah. Namun, dia tidak goyah. Kualitas terus dipertahankan.
Hingga kini, masih ada saja pelanggan yang mampir untuk membeli tandon buatan Siswanto. ’’Laba seratus, dua ratus nggak apa-apa asal masih jalan,’’ katanya. Dalam sehari, dia biasanya membuat empat tandon air tanam. Ketika sepi pesanan, Siswanto dengan besar hati memperbolehkan pekerjanya jadi tukang di perajin lain. ’’Jangan sampai orang yang tetap setia sama kita kesusahan,’’ tuturnya.
Di Desa Tambak Sumur terdapat 25 perajin beton. Ada yang membuat tandon air, septic tank, gorong-gorong atau buis beton, dan batu anginangin atau loster. Salah satunya, usaha milik Wahibin. Dia termasuk perajin beton yang sukses di Desa Tambak Sumur. Produknya beragam dan sudah jadi langganan banyak pengembang perumahan.
Wahibin memulai usahanya sejak 2006. Yakni, setelah dia menghadiri seminar perumahan. Awalnya, dia menjadi makelar saja. Namun, karena koneksinya terbilang banyak, Wahibin memutuskan memulai usaha sendiri bersama lima pekerjanya. ’’Naik dan turun. Sempat ramai, pesanan puluhan kalau borongan. Tapi, ya pernah ambruk karena krisis pada 2009,’’ ungkap pemimpin UD Makmur Sentosa itu.
Saat itu produknya sudah dipesan salah satu perumahan elite di Surabaya. Namun, karena ekonomi lagi seret kala itu, produk Wahibin tidak kunjung dibayar. Berhasil mentas dari kesulitan tersebut, sekarang usaha Wahibin laris manis. Sekali pemborong memesan, puluhan hingga ratusan produk dia buat. Produknya pun sampai dikirim ke beberapa daerah di luar pulau. Mulai Pangkal Pinang, Manado, Makassar, hingga Batam. ’’Satu bulan omzetnya ya sekitar Rp 150 juta. Paling banyak biaya operasional di tenaga sama transportasi,” katanya. (via/c20/ai)