Jawa Pos

Kiriman BPBD Telat, Tak Bisa Minum

Warga Tulung, Sampung, Kekeringan Hebat

-

PONOROGO – Kering kerontang dan tidak ada sumber air. Begitulah gambaran Dusun/Desa Tulung, Sampung, tiga bulan terakhir. Sumur warga di dusun itu sudah kering. Upaya mencari sumber air dengan membuat sumur bor juga kandas. Kiriman air bersih BPBD menjadi harapan satusatuny­a bagi 27 kepala keluarga (KK).

’’Kalau (kiriman, Red) sampai telat, pasti kelabakan,’’ kata Kades Tulung Rusno kemarin (14/9).

Warga, kata dia, harus mengantre setiap kiriman tiba dua kali dalam sepekan. Bahkan, warga kerap ramai akibat berebut mengambil air dari tandon. Kolam tandon dibuat sendiri oleh warga, kemudian menunjuk seseorang untuk menjaga dan mengatur pengambila­n air. Tujuannya, pembagian air tertib. Sebab, di dusun tersebut air menjadi barang mahal. Warga benar-benar dipaksa berhemat.

Kebanyakan di antara mereka hanya mandi sekali dalam sehari. Air kiriman lebih banyak digunakan untuk minum dan memasak. ’’Sekali kiriman tiga tangki. Tetapi, itu hanya cukup buat tiga hari. Makanya, kami meminta pengiriman minimal dua kali dalam seminggu,’’ tambahnya.

Kekeringan, kata Rusno, bukan hal baru. Sebab, kekeringan di desanya terjadi sejak puluhan tahun silam tiap kali kemarau. Pun, warga sudah berupaya mencari sumber air. Dia menyebutka­n, ada sepuluh titik sumur yang pernah dibuat. Tujuh di antaranya merupakan sumur gali. Namun, penggalian­nya terpaksa dihentikan sebelum menemukan mata air. Warga tak mampu lagi menggali karena tanah berbatu. Penggalian hanya mencapai 15 meter.

Kondisi serupa ditemui saat menggali di titik lain. ’’Warga juga pernah mengupayak­an pembuatan sumur bor. Sempat keluar air saat musim hujan lalu,’’ jelasnya, lantas menyebut ada tiga titik sumur bor.

Padahal, kedalamann­ya mencapai 36 meter. Namun, air hanya keluar saat musim hujan. Diperkirak­an, butuh kedalaman hingga 70 meter untuk mendapatka­n sumber air secara terus-menerus. Tapi, itu tidak murah. Butuh dana Rp 25 juta untuk kedalaman sekitar 36 meter.

Warga juga harus patungan. Sumur juga tidak bisa dibuat di tengah permukiman warga. Rusno menyebutka­n, nyaris tidak ada sumber air dalam radius 300 meter dari permukiman warga. ’’Pembuatan sumur dimungkink­an 500 meter dari rumah warga. Kalau di areal sini tidak ada,’’ ujarnya, lalu menuturkan sempat ada penelitian tim Pusat Vulkanolog­i dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung.

Kabid Kedarurata­n dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono menuturkan, titik kekeringan meluas. Teranyar, di Desa Tugurejo, Slahung. Padahal, desa setempat tidak pernah meminta kiriman air bersih beberapa tahun belakangan kendati masuk zona rawan. (agi/irw/c22/end)

 ?? ASTA YANUAR/JAWA POS RADAR PONOROGO ?? BIKIN TEMPAT AIR DADAKAN: Warga Desa Tulung, Sampung, mengantre air kiriman dari tandon yang mereka buat sendiri.
ASTA YANUAR/JAWA POS RADAR PONOROGO BIKIN TEMPAT AIR DADAKAN: Warga Desa Tulung, Sampung, mengantre air kiriman dari tandon yang mereka buat sendiri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia