Kenalkan Chris Barnes sebagai Konjen Australia
SURABAYA – Bagi pemerintah Australia, Surabaya adalah wilayah yang strategis untuk mengembangkan kerja sama dengan Indonesia. Itu mencakup segala sektor. Mulai sektor ekonomi, pemerintahan, budaya, hingga pendidikan. Misi diplomatik tersebut diterjemahkan dengan membuka kantor Konsulat Jenderal Australia di Surabaya
Kemarin (14/9) Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson meresmikan kantor Konsulat Jenderal Australia di Surabaya yang berlokasi di lantai 3 Gedung ESA Sampoerna.
”Perekonomian memang nanti menjadi fokus konsulat,” kata Grigson. Kantor di Surabaya itu bertujuan untuk mempererat hubungan ekonomi kedua negara. Juga memperkuat jalinan Indonesia-Australia yang sebelumnya melalui kedutaan besar di Jakarta dan dua konsulat, yakni di Makassar dan Denpasar.
Mengapa Surabaya? Grigson melihat Surabaya sebagai kota yang potensial. Bukan hanya sektor bisnis, melainkan juga bidang budaya dan pendidikan. ”Dari Surabaya ke daerah lain, aksesnya mudah. Banyak kampus. Pemerintah lokal juga kuat,” kata diplomat asal Kota Brisbane, Queensland, tersebut. Potensi itu membuat Surabaya menjadi salah satu pusat niaga terbesar di Indonesia dengan pertumbuhan cukup pesat.
Selain itu, lanjut dia, Jawa Timur menyumbang sekitar 15 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. ”Surabaya juga kota terbesar kedua di Indonesia. Semakin penting jadi pusat perdagangan dan investasi Australia,” tambah Grigson.
Pembukaan kantor baru itu sekaligus memperkenalkan Konsul Jenderal (Konjen) Australia di Surabaya, yakni Chris Barnes. ”Terima kasih atas sambutannya. Saya harap dapat menjalankan tugas dengan baik,” kata Barnes.
Barnes sebelumnya adalah komisioner dan direktur regional Kantor Perdagangan dan Investasi Australia Barat di Jakarta. Dia juga pernah menduduki posisi di sektor swasta dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok perdagangan di Indonesia.
Dia meraih gelar master bidang sastra di Universitas St Andrews. Selain itu, Barnes telah menempuh pendidikan sarjana hukum di University of Technology Sydney (UTS) dan sarjana muda seni dari University of Sydney.
Barnes melanjutkan, Surabaya telah lama menjadi pusat perdagangan internasional. Ia memiliki pelabuhan laut, udara, dan transportasi darat yang menarik untuk bisnis asing dan domestik. Menurut dia, Surabaya juga menjadi kota yang sibuk dengan mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia.
Kemudian, 10 persen mahasiswa Indonesia yang belajar di universitas-universitas Australia juga berasal dari Jawa Timur. Para alumnusnya juga sukses mengembangkan karir di sini. ’’Jumlah itu nanti kami tingkatkan terus,” katanya. Salah satunya mempermudah pengurusan visa dan memperbanyak beasiswa.
Sebagai konsul jenderal baru di Surabaya, Barnes juga memiliki sejumlah program dalam waktu dekat. Dia ingin mengenal karakter Surabaya lebih dekat lagi. ”Mungkin saya akan jalan-jalan dan menjajal kuliner di sini,” paparnya. Dia berharap dengan hadirnya Australia di Surabaya, hubungan Indonesia dan Australia semakin kuat. (bri/c6/jan)