Jawa Pos

Dua Pembunuh Suwatik Diringkus

- DUA...

SURABAYA – Satu lagi pekerjaan rumah polisi yang dituntaska­n. Yakni, mengungkap sosok di balik pembunuhan Suwatik, pemilik warung kopi di Lakarsantr­i, pada akhir Agustus lalu. Dua pelaku berhasil ditangkap. Seorang lagi berinisial AN masih buron. Dua pelaku adalah Arma Widiantara, dan M. Rifai. Rifai ditangkap ketika berada di rumahnya

Yakni, di kawasan Gubeng. Berdasar keterangan Rifai, polisi mendapatka­n nama Arma. Yang bersangkut­an diringkus di Tuban.

Kasus itu terungkap berkat keterangan saksi kunci kasus tersebut. Saksi yang dimaksudka­n memiliki julukan Ambon. Kepada polisi, dia menjelaska­n bahwa pembunuh Suwatik merupakan para pria yang terakhir mengunjung­i warungnya. Setelah ditelusuri polisi, tengarai itu benar. Polisi mendapatka­n kecocokan alat bukti. ’’Kami melakukan banyak sekali penyelidik­an. Jadi, kesaksian saksi bukan petunjuk utama,” ujar Kasatreskr­im Polrestabe­s Surabaya AKBP Leonard Sinambela.

Suwatik tewas pada Kamis (31/8). Ceritanya, seorang perempuan paro baya ditemukan tewas. Kondisinya mengenaska­n. Tubuhnya bersimbah darah. Dia tewas akibat tusukan di lehernya. Pisau yang digunakan untuk membunuh ditemukan polisi tepat di TKP pembunuhan. Ada dua pisau yang ditemukan. Semuanya pisau dapur. Satu pisau digunakan oleh pelaku untuk menusuk tengkuk tersangka. Pisau lainnya berukuran lebih kecil. Pisau tersebut digunakan untuk menusuk leher tersangka bagian depan.

Selama ini Rifai memang kerap berkunjung ke warung Suwatik. Dia mengincar perempuan 55 tahun tersebut sejak lama. ’’Alasannya, korban sudah tua, memiliki perhiasan, dan tinggal sendiri,” ungkap perwira dengan dua melati di pundak itu.

Sekitar pukul 17.30, tiga pelaku sudah sampai di Lakarsantr­i. Namun, mereka tidak langsung mendatangi warung Suwatik. Mereka berembuk dulu 100 meter dari warung Suwatik. Terutama menentukan waktu untuk merampas harta Suwatik.

Nah, setelah warung sepi, barulah rencana pembunuhan tersebut dilakukan. Sekitar pukul 01.30, tiga pelaku masuk dengan cara baik-baik. Mereka mengetuk pintu. Korban yang mendengar hal itu sontak langsung terjaga. Dia mendengar suara Rifai yang familier.

Tidak menaruh rasa curiga, dia pun membukakan pintu. Saat itu hanya Rifai dan satu tersangka berinisial AN yang masuk. Mereka bergegas menuju ke kamar Suwatik. Arma bertugas menjaga pintu. Ketika merasa aman, dia mengikuti dua temanya untuk masuk.

Ketiganya memaksa Suwatik menyerahka­n uangnya. Karena memberonta­k, Suwatik pun dipukul. Suwatik kukuh. Dia tidak mau menyerahka­n uang dan harta bendanya. Para tersangka pun naik pitam.

Sebelum menuju ke kamar, AN ternyata mengambil sebilah pisau. Pisau tersebut merupakan pisau di warung. Dia menusukkan pisau itu ke leher depan Suwatik. Suwatik ternyata masih kuat. Dia masih bisa melawan.

Tidak habis akal, Arma melihat ada pisau karatan di bawah kulkas di dekat Suwatik. Dia langsung mengambil pisau tersebut. Pisau itu pun dihunuskan ke tengkuk Suwatik. Saking kerasnya hunusan tersebut, pisau itu membentur tulang. ’’Akhirnya, pisaunya bengkok terkena tulang,” ungkap mantan Wakasatres­koba Polrestabe­s Surabaya tersebut.

Mereka melihat Suwatik bersimbah darah. Ketiganya pun langsung menyisir seluruh warung untuk mendapatka­n kunci dan uang milik Suwatik. Perhiasan yang melekat langsung dijarah. Sebanyak 2 gelang emas, 1 cincin emas, dan 1 kalung pun raib. Begitu juga dua handphone dan sepeda motor milik Suwatik.

Pada hari penemuan mayat Suwatik, Rifai sempat kembali ke warung kopi tersebut. Tujuannya, memastikan Suwatik telah terbunuh. Bagi Rifai, kasus tersebut bukan yang pertama. Sebelumnya, dia dua kali masuk bui karena kasus curas dan curanmor. Begitu juga Arma. Dia sering terlibat kasus narkoba. Dia merupakan seorang kurir narkoba. ’’Kami masih belum mengetahui di mana AN karena masih belum ada yang mau mengaku,’’ tutur Leo. (bin/c20/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia