SKB Berbasis Praktikum
Prioritas Setara Jenjang SMA/SMK
SURABAYA – Upaya pemkot mendirikan sanggar kegiatan belajar (SKB) terus berlanjut. Saat ini, konsep kurikulum dan skema pembelajaran sedang digodok untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa pada model pendidikan nonformal itu.
Anggota tim perumus SKB Ali Yusa menyatakan, program SKB mulai dilaksanakan pada Oktober. Rencananya, pemkot memprioritaskan jenjang pendidikan paket C pada tahap pendidikan SKB. Atau setara dengan jenjang SMA/SMK.
Berbeda dengan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) pada umumnya, SKB akan berbasis praktik. Ada tiga model pembelajaran yang rencananya diterapkan dalam skema pendidikan vokasional. Yakni, pelatihan tingkat dasar, pelatihan antara, dan pelatihan tingkat lanjutan.
Untuk tingkat dasar, siswa akan dikenalkan mengenai pembelajaran saat bekerja. Misalnya, customer service hingga etika pelayanan. Sedangkan pada tingkat antara, siswa diajarkan soal gambar teknik. Jenjang tersebut memberikan kesempatan bagi siswa untuk beradaptasi sebelum memulai pembelajaran keterampilan yang ingin digeluti.
Setelah melewati dua pembelajaran, siswa diajak mendalami keahlian yang telah dipilih. ”Untuk mempermudah bidang keahlian itu, siswa dites minat dan bakatnya saat masuk SKB,” terang anggota Dewan Pendidikan Surabaya (DPS) itu.
Saat ini, jumlah jurusan dalam SKB belum ditentukan, tetapi telah disusun secara rumpun bidang keahlian. Ada lima rumpun yang bisa dipilih peserta SKB. Di antaranya, bidang sipil konstruksi, IT, kesehatan, tata boga, serta desain komunikasi visual (DKV).
Menurut Yusa, saat ini pemkot terus melakukan pendataan siswa yang akan masuk ke SKB. Pada tahap awal, pemkot memprioritaskan siswa rentan putus sekolah. ”Saat ini sudah ada ratusan yang terdata,” katanya.
Ada dua model pembelajaran yang diterapkan dalam SKB. Pertama, siswa langsung diajar ke lembaga SKB. Kedua, siswa dititipkan pada beberapa PKBM yang ditunjuk dispendik.
Salah satu lembaga yang menerima siswa putus sekolah dari dispendik adalah PKBM Insan Cerdas Indonesia. Lembaga tersebut setidaknya telah menerima enam siswa putus sekolah rekomendasi dispendik. ”Saat ini, enam siswa tersebut sudah belajar bersama di lembaga kami,” jelas Ketua PKBM Insan Cerdas Indonesia Ita Guntari Hudiwinarti.
Dia mengungkapkan, enam siswa itu mendapat program khusus dari SKB. Terutama bidang praktik keahlian. Saat ditanya kapan program pelatihan itu dilaksanakan, Ita belum bersedia menjawab. ”Belum ada kepastian. Kami tidak bisa menjawab sekarang. Tunggu finalisasi teknis SKB dulu,” ujarnya.
Anggota DPRD Komisi D Reni Astuti mengatakan, pemkot memberikan perhatian lebih kepada jenjang pendidikan nonformal. ”Selama ini, kebijakan pendidikan terlalu ke arah pendidikan formal saja,” jelasnya.
Meski sepakat, Reni berharap mekanisme SKB tidak digunakan untuk mendorong siswa untuk menempuh pendidikan pada jalur tersebut. Artinya, jika ada siswa SMA/SMK yang kesulitan membayar SPP, sudah seharusnya pemkot membantu permasalahan itu. ”Jangan asal mendorong siswa untuk pindah ke SKB,” tegasnya. (elo/c21/nda)