SATU SINGLE PENUH MAKNA
Ada pendatang baru di We The Fest 2017 di Jakarta Agustus lalu. Namanya Adrian Khalif. Sebelumnya, dia adalah penyanyi kafe. Ajaibnya, panggung We The Fest ditembus Adrian hanya dengan bekal satu single, Made in Jakarta. Namun, ternyata dibutuhkan tahunan untuk menciptakan keajaiban itu. Yuk, ngobrol lebih jauh dengan cowok macho bersuara lembut itu.
ADRIAN Khalif benar-benar beruntung. Dalam lagu debutnya, dia langsung berkesempatan berkolaborasi dengan Dipha Barus. Demo lagu Made in Jakarta yang dia buat sukses menarik perhatian DJ yang tengah hit itu. ”Dia bilang, ’Ini oke nih, tapi harus dipoles di sana dan sini.’ Akhirnya, kami deal menggarap lagu itu,” ungkap Adrian saat berkunjung ke Jawa Pos Rabu (12/9).
Meski langsung sepakat memperbaiki lagu itu bareng-bareng, pengerjaannya terbilang memakan waktu cukup lama. Nyaris setahun. Musisi kelahiran 24 Juni 1992 itu menceritakan, dirinya dan Dipha merevisi lagu tersebut hingga tujuh kali.
Proses panjang itu juga tidak lepas dari rumitnya proses rekaman. Ada choir dan brass section yang harus direkam terpisah. Belum lagi, perfeksionisme Dipha dalam menggarap lagu tersebut. ” He’s a genius. Dia tahu apa yang harus dilakukan buat gue. Bekerja sama dengan dia adalah kehormatan besar. Lagian, siapa sih yang nggak mau kolaborasi sama Dipha,” imbuhnya.
Made in Jakarta akhirnya resmi dirilis pada 2 Juni lalu. Lagu yang punya nuansa hiphop, R& B, dan ada sedikit sentuhan gospel di bagian akhir itu langsung menyita perhatian. Adrian bersyukur dengan banyaknya tanggapan positif. Feedback pendengar juga bagus. ”Mereka bilang lagunya bikin semangat,” ungkap Adrian dengan ekspresi antusias.
Lagu itu juga berjasa mengantar Adrian ”naik level”. Dari musisi kafe ke panggung yang lebih besar: We The Fest. ” Gue tahu, untuk menembus We The Fest, banyak kriterianya. Makanya waktu terpilih, bahagia dan bangga banget,” paparnya, lantas tertawa. Bisa dibilang, di panggung itu, dia merupakan pendatang baru yang benar-benar baru.
Jika tidak memelototi liriknya, tidak akan banyak yang menyadari bahwa lagu Made in Jakarta adalah ringkasan perjalanan karirnya di dunia musik. Bukan tentang cinta-cintaan atau ajakan bersenang-senang di Jakarta. Melainkan benar-benar perjuangannya yang manis pahit. Maka, di bagian akhir, ada semacam ungkapan syukur kepada Tuhan. Unik jadinya.
Adrian lalu menuturkan perjalanan itu. Karir dia sebagai musisi dimulai sejak tiga tahun lalu dengan bergabung bersama sebuah band indie di Jakarta. Mereka sering mengisi acara di kafe dan kelab yang top notch. Pendeknya, reputasi band tersebut cukup bagus. Meski demikian, Adrian menilai, perjalanannya saat itu terasa stagnan. ”Belum ada gebrakan yang memuaskan,” ucap alumnus sastra Prancis Universitas Indonesia itu.
Akhirnya, dia memutuskan keluar dari band dan jadi solois. Keputusan itu memberinya banyak kebebasan. Termasuk mengeksplorasi dan berkarya di jalur hiphop, musik favoritnya. Maklum, Adrian menghabiskan masa remaja di New York, Amerika Serikat, tempat genre musik itu tumbuh subur. Adrian lantas jatuh cinta pada hiphop dan rap.
Dia menceritakan, music piece pertamanya tidak jauh-jauh dari genre itu. ”Album pertama yang gue beli adalah The College Dropout, album perdana Kanye West,” kenangnya. Dia juga mengaku hampir hafal seluruh lagu-lagu Eminem. ”Karena hal itu juga, gue nggak ingin membatasi diri buat nyanyi aja. Gue juga ngerap di Made in Jakarta,” lanjut Adrian.
Bungsu di antara dua bersaudara itu menjelaskan, dirinya enggan melabeli diri sendiri. ’’ Gue mau jadi musisi yang tidak terbatas di genre tertentu. Inginnya sih seperti Kid Cudi. Dia bisa rap, tapi nyanyi juga oke,” tegasnya. Adrian pun menegaskan komitmen itu di single keduanya. Berbeda dengan Made in Jakarta yang bernuansa hiphop, lagu keduanya akan lebih pop. ”Temanya tentang cinta dan bakal dibawakan dalam bahasa Indonesia,” ucapnya.
Harapan Adrian, lagu itu bisa menyentuh lebih banyak pendengar. Nah, di lagu tersebut, lagi-lagi dia berkolaborasi dengan musisi keren. Yakni, Marco Stefiano, drumer Barasuara sekaligus produser album teranyar Raisa, Handmade. ”Sama dengan Dipha, Marco juga genius. Dia sangat disiplin menggarap lagu itu,” jelasnya.
Adrian menjelaskan, dirinya tidak punya target muluk-muluk. ” Gue ingin berkarya sesuai hati sehingga setiap lagunya bisa dirasakan pendengar gue,” tegasnya. (fam/c6/na)