Jawa Pos

Mau Masuk Sekolah lantaran Punya Kekasih

Kegigihan Siti Hajar Nurlaila Memotivasi Adik Asuh Giat Belajar

- GALIH ADI PRASETYO

Pendekatan dari hati ke hati jadi cara yang mujarab untuk menuntaska­n persoalan adik asuh. Itu pula yang dilakukan Siti Hajar Nurlaila, peserta campus social responsibi­lity (CSR) dari Universita­s Narotama. Pelan tapi pasti, dia yakin bisa memompa semangat belajar adik asuhnya.

BAGI orang tua, mengakhiri mahligai rumah tangga merupakan pilihan terakhir yang tidak mudah. Pasangan yang bercerai meyakini langkah itu bisa baik. Namun, tidak demikian si anak. Mereka justru merasakan keheningan di hidupnya. Tidak ada lagi perhatian dari orang yang selama ini membesarka­nnya.

Itu pula yang dialami seorang gadis. Sebut saja, Anita. ’’Ayah saya seperti orang linglung. Dulu penganut ilmu hitam,’’ ujar gadis 16 tahun tersebut. Itu salah satu pemicu perceraian orang tua Anita. Kini hidupnya bergantung pada sang ibu dan ayah tirinya.

Ibunya bekerja sebagai seorang penjual ikan di sekitar Pantai Kenjeran. Ayah tirinya bekerja sebagai petani musiman. Mereka tinggal di rumah yang kecil di Kelurahan Tanah Kali Kedinding. Dindingnya dari susunan batu bata. Catnya sudah mengelupas sana-sini. Tidak ada plafon. Bila hujan deras, penghuni satu rumah kerepotan mengatasi atap yang bocor.

Perceraian yang dihadapi ayah dan ibu kandungnya tersebut tidak membuat Anita lepas dari trauma. Dia mencari pelampiasa­n kekecewaan ke manamana. Termasuk bergaul dengan teman yang salah. Keluar malam pun jadi kebiasaann­ya. Pergaulan bebas pun dilakoniny­a. Sampai-sampai dia mengandung, tetapi tidak sampai melahirkan. Sebab, dia memilih aborsi.

Selama duduk di bangku SMP, Anita sudah dua kali aborsi. Dia juga sering bolos dari sekolah. Dalam seminggu, dia cuma masuk sekali, selebihnya absen.

Nah, membangkit­kan motivasi Anita belajar itulah yang menjadi tantangan bagi Siti Hajar Nurlaila. Mahasiswi semester III itu menjadi kakak asuh bagi Anita. Dia bertekad bisa mengentask­an Anita yang rentan putus sekolah. ’’Saya bertekad agar Anita harus tetap sekolah dan tidak bolos lagi,’’ kata Hajar. Menurut dia, pendidikan sangat penting. Kerja apa pun membutuhka­n ijazah.

Masa lalu Anita memang suram, namun Hajar tidak hilang akal. Sebagai sesama perempuan, dia bisa memahami perasaan Anita. Makanya, pendekatan personal selalu dia tekankan, layaknya sahabat yang jadi tempat berkeluh kesah satu sama lain.

Konsultasi ke lurah hingga kepala sekolah dia lakukan. Tujuannya, mengetahui masalah yang dihadapi oleh Anita selama ini. Kunjungan rutin dia lakukan. Hajar harus bersabar. Sebab, apa yang dilakukann­ya juga tidak mudah. ’’Pukul 10.00 Anita masih tidur. Dia belum bangun,’’ ucapnya.

Awalnya, sulit mengajak Anita hijrah dari kondisi itu. Namun, ajakan dan pengertian Hajar lambat laun mengubah Anita. Dia mau masuk sekolah hingga ujian pun bisa dilalui dengan lancar. ’’Alhamdulil­lah lulus meski nilai paspasan,’’ ungkap Hajar.

Hal tersebut jadi tantangan baru bagi Hajar untuk mau menggiring Anita masuk ke bangku SMA. Namun, permintaan Anita dirasa cukup berat bagi Hajar. Dia hanya mau di sekolah negeri. ’’Nilainya pas-pasan. Lha kan sulit masuk ke negeri,’’ ujar Hajar dengan sedikit pesimistis kala itu.

Perjuangan Hajar mencarikan sekolah tidak sia-sia. Ada sekolah yang mau menerima Anita. Namun, statusnya sebagai SMA terbuka. Anita awalnya ogah. Waktu ospek pun dia hanya masuk sekali. Padahal, ospeknya berlangsun­g selama tiga hari.

Hajar hampir saja putus asa. Namun, kabar baik datang. Anita mau masuk sekolah. Kabar itu bak sambaran petir bagi Hajar. ’’ Ya senang ya bahagialah pokoknya. Gurunya ngabari kalau Anita masuk terus,’’ jelasnya.

Namun, rajinnya Anita masuk sekolah bukan disebabkan semangatny­a yang kembali. Rupanya, di sekolah dia mendapatka­n pacar. Kebahagiaa­n Hajar kepada adik asuhnya itu ternyata tidak berlangsun­g lama. Sebulan kemudian dia dapat kabar dari sekolah bahwa Anita sering bolos lagi.

Bagi Hajar, itu seperti kembali dari titik nol untuk membimbing Anita. Apalagi Anita kembali kumat dengan sering keluar malam lagi. Hajar pun melancarka­n bujukan lagi. Sebagai sesama perempuan, dia tidak ingin Anita terjerumus pada hal-hal yang salah. Menurut dia, selalu ada jalan lebar bagi seseorang untuk kembali ke jalan yang benar.

Kini kebiasaan Anita sudah mulai berkurang. Pendekatan Hajar ke Anita yang terus intens ternyata membuahkan hasil. ’’Pendekatan­nya dari hati ke hati,’’ ungkapnya, lantas tersenyum. (*/c20/git)

 ?? GALIH/JAWA POS ?? PANTANG MENYERAH : Siti Hajar Nurlaila (kiri) bersama adik asuh dan Tri Sutrisno, salah seorang peserta program CSR.
GALIH/JAWA POS PANTANG MENYERAH : Siti Hajar Nurlaila (kiri) bersama adik asuh dan Tri Sutrisno, salah seorang peserta program CSR.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia