’’Tokoh Dunia’’ Lari Bareng di UM Surabaya
SURABAYA – Menyuarakan pendapat bisa melalui cara yang asyik. Berlari, misalnya. Selain badan jadi sehat, kampanye damai diselipkan. Run for Peace yang diselenggarakan Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya kemarin (15/9) mengharuskan peserta memakai topeng tokoh perdamaian. Seperti apa ya rasanya berlari sambil pakai topeng?
Pemotongan pita sebagai simbol pembuka kegiatan disambut ribuan mahasiswa. Mereka langsung menyerbu garis start. Semua kompak memakai kaus putih. Topeng pun terpasang di wajah mereka.
Para pelari punya keunikan masing-masing. Bendera dan nama tokoh ditempel di dada. Lalu, topengnya? Tentu beraneka ragam pula.
Kelompok negara Indonesia menampilkan beberapa tokoh ternama. Ada Soekarno, Munir, hingga Sisingamangaraja. Bahkan, ada pula B.J. Habibie. Semua tokoh penting itu menjelma dalam beragam postur tubuh. Untuk wajah Soekarno, tubuhnya perempuan. Habibie berwujud bongsor. Sangat berbeda dengan aslinya.
Selain Indonesia, masih ada tokoh-tokoh dari 29 negara lainnya. Keberagaman tersebut melebur kala mereka berlari. Seolah-olah banyak orang penting dari belahan dunia yang berkumpul bersama.
Dari ribuan peserta itu, terlihat Barack Obama. Mantan Presiden Amerika Serikat tersebut ikut berlari. Namun, ada yang berbeda dengan Obama. Wajahnya berada dalam postur perempuan mungil yang antusias. Dia adalah Adinda Dwi Novika. Mahasiswi baru jurusan akuntansi itu bersemangat selama berlari melintasi rute. ’’Jadi tontonan semua orang di jalan,’’ katanya.
Meski demikian, Adin menyatakan senang mengenakan topeng Obama. Sebab, menurut dia, Obama menjadi simbol bahwa warna kulit tidak menjadi halangan untuk menjadi pemimpin. ’’Jadi jebakan juga. Pas topengnya dibuka, eh isinya cewek,’’ tambahnya, lantas tersenyum. Tentu, senyum itu terlihat setelah dia melepas topeng.
Selain itu, ada Queen Elizabeth II dalam postur gemuk. Tidak sedikit tokoh Timur Tengah yang lengkap dengan jenggot dan keffiyeh dalam postur perempuan. Untuk menambah kemeriahan, sekelompok mahasiswa membawa balon merah.
Setelah berlari sejauh 3 km, games menarik menanti. Salah satunya, lempar bola. Siapa kena, mereka harus dihukum. Eits, hukumannya bermanfaat kok.
Peserta harus menerangkan kiprah tokoh yang topengnya tengah dikenakan. Jadi, peserta tidak boleh asal memilih tokoh. Sebab, mereka harus memahami kiprah tokoh tersebut dalam perdamaian dunia. Misalnya, Nelson Mandela yang membawa perubahan bagi warganya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Sukadiono menjelaskan, kegiatan penutupan orientasi dinamika kampus itu menjadi simbol perdamaian. Apalagi, belakangan beragam konflik menjangkiti beberapa negara di dunia. ’’Sekaligus mengedukasi masyarakat bahwa perdamaian adalah nomor satu,’’ paparnya.
Tanpa kedamaian, menurut dia, semua kegiatan terganggu. Kegiatan berlari bersama tersebut dianggap sebagai media pemersatu. Dari seluruh perbedaan, tujuan akhirnya hanya satu. Mencapai garis finis bersama. (kik/c15/nda)