Khusus Kamis, Wajib Baca Yasin
Dalam waktu kurang dari setahun, SMP Negeri 2 Wonoayu berhasil membangkitkan semangat literasi di lingkungan sekolah. Bukan hanya siswa dan insan pendidik, tukang kebun pun lebih giat membaca.
DINDING bangunan SMP Negeri 2 Wonoayu memiliki tampilan yang unik. Di mana-mana, mulai area dalam kelas sampai sisi luar, penuh tempelan kertas atau poster. Berwarna-warni, kental dengan aroma remaja yang riang. Tidak heran, yang membuatnya memang para siswa sendiri. Ada yang isinya cerpen, penjelasan tentang struktur bahasa Inggris, sampai rumus matematika yang rumit.
’’Setiap kali ada tugas, kami pilih yang bagus untuk dipajang di depan kelas atau tembok-tembok lingkungan sekolah,’’ jelas Kepala SMP Negeri 2 Wonoayu Netti Lastiningsih pada Kamis (14/9).
Di sana-sini tampak pula rak buku dari paralon. Penuh buku- buku dari beragam genre. Mulai buku pelajaran sampai buku motivasi. Ada juga buku cerita rakyat, majalah perempuan, bahkan komik.
Di area taman, jumlah rak buku dari paralon yang dipasang dalam posisi tergantung lebih banyak lagi. Fungsinya memang menjadi taman baca. ’’Di sekolah ini, ada dua taman baca,’’ terang perempuan kelahiran 2 Oktober 1973 itu.
Kemajuan pesat dalam dunia literasi itu belum lama dicapai SMP Negeri 2 Wonoayu. Mereka baru mulai mengembangkannya tahun ini. Persisnya setelah Netti dipromosikan menjadi kepala sekolah. Sebelumnya, Netti mengajar matematika sekaligus menjabat wakil kepala bidang pengembangan SMPN 6.
Begitu mendapatkan amanah menjadi kepala SMP Negeri 2 Wonoayu, Netti langsung berusaha menerapkan pengalamannya di dunia literasi yang diperolehnya saat mengikuti program pertukaran pengajar di Bucheon, Korea Selatan, dua tahun lalu.
Awalnya, dia sempat khawatir pihak lain di sekolah bisa menerima gagasannya tersebut atau tidak. Beruntung, salah seorang guru di sana, yakni Lilik Masrukhah, merupakan kenalan lama dan mempunyai visi yang sama.
Duet Netti-Lilik ternyata sukses membawa perubahan di sekolah tersebut. Saat ini para siswa diwajibkan membaca buku selama 15 menit. Bebas mau baca buku apa saja selain buku pelajaran. Jadwalnya, tiga hari dalam seminggu. ’’Kamis kami wajibkan membaca Yasin. Ya, ini juga upaya literasi,’’ kata peraih gelar guru berprestasi tingkat Jatim 2006 dan 2012 itu.
Dari sini, murid mulai antusias untuk memasuki tahap selanjutnya dalam dunia literasi. Yakni, menulis. ’’Kami bahkan pakai aplikasi yang mengubah suara menjadi teks supaya siswa tahu menulis itu bisa semudah berbicara,’’ tutur Lilik.
Ananda Dimas M.B.S., siswa kelas VIII-D, menyebut selama ini suka mengoleksi novel. Tetapi, dia jarang membacanya. Bukubuku novel itu hanya menumpuk di kamarnya. ’’Sejak ada kegiatankegiatan literasi, saya lebih suka membaca dan menulis,’’ ucapnya.
Begitu juga Tita Aulia Istanti, teman sekelas Dimas. Dia akhirnya bisa menyalurkan hobinya membuat cerpen sejak sekolah memperhatikan kegiatan literasi.
Bukan hanya siswa atau guru, tukang kebun di SMP Negeri 2 Wonoayu pun akhirnya ikut terpengaruh. Salah satunya, Sukodir, 48. Dia tertarik lagi untuk membaca. Dampaknya, dia kini bisa mendampingi anak bungsunya yang duduk di kelas III SD saat belajar.
’’Saya suka baca cerita rakyat. Juga, rumus-rumus matematika di poster sekolah. Terus, saya ajari anak saya,’’ ujar Sukodir. ’’Sekarang saya malah ditanya guru anak kenapa kok putri saya pintar perkalian,’’ lanjutnya, lantas tertawa. (*/c14/pri)