Jawa Pos

Terkesan saat Bagi Nasi Bungkus di TPA Benowo

Nilai kepuasan batin itu tak terhingga. Sulit dideskrips­ikan dengan kata-kata. Komunitas Big Charity merasakann­ya setiap berbagi dengan mereka yang membutuhka­n bantuan.

- NURUL KOMARIYAH

JARUM jam masih menunjukka­n pukul 06.00 pada Minggu (10/9). Suasana salah satu sudut Perumahan Gresik Kota Baru (GKB) sudah ramai. Anak-anak muda dan sekumpulan keluarga terlihat sedang lari pagi. Tidak jauh dari keramaian itu, sekelompok kaum hawa tampak sibuk. Ada juga bapak-bapak.

Semua menyiapkan ratusan nasi bungkus (nasbung). Sebelum dibagikan, satu per satu nasi bungkus dimasukkan ke kantong plastik kecil. Ada air mineral gelas di dalamnya. Baju kuning dengan hijab warna cerah membuat para perempuan tersebut terlihat bersemanga­t.

Mereka adalah anggota komunitas Berbagi Insan Gresik (Big) Charity. Pagi itu adalah saat pembagian nasbung untuk kaum duafa. Setiap dua pekan sekali, dilakukan pembagian nasbung untuk warga yang membutuhka­n. Minggu pagi itu, terkumpul 300-an nasbung. ”Nasi itu kami beli dari uang para donatur,” kata Ketua Komunitas Big Charity Nimah Garnis.

Menurut Nimah, beberapa donatur juga memberikan langsung bantuan berupa nasbung. Jumlahnya sesuai kemampuan. Langsung dibagi? Tidak. Ibu-ibu terutama, mewajibkan diri mengecek bantuan nasbung itu. Mereka harus telaten. Tujuannya, memastikan nasbung itu aman dan layak dibagikan.

Ya, meski yang diberikan hanya nasbung, Big Charity tidak ingin sembaranga­n. Jika ada nasbung yang isinya dianggap kurang layak, akan ada anggota lain yang membelinya. Kemudian, uang hasil pembelian itu dibelikan nasbung lagi. Tentu, yang lebih layak diberikan untuk kaum duafa. Harganya rata-rata Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per bungkus.

”Kadang ada yang isinya ternyata kayak nasi kucing. Yang seperti itu kami ganti nasi baru,” tutur Niken Puspitasar­i, anggota komunitas. ”Kita ngasih makanan ke orang lain itu harus seperti yang biasanya kita makan,” ucap Nimah.

Ke mana ratusan nasbung itu dibagikan? Ada beberapa titik. Misalnya, kawasan pelabuhan yang banyak kuli panggul barang kapal. Sampai di pela- buhan, sambutan amat melegakan. Puluhan kuli sudah menunggu. Mereka menerima nasbung dengan antusias. Rasa nasinya nikmat. Yang membagi juga cantik-cantik.

”Mereka menerima dengan bahagia. Itu rasanya luar biasa,” jelas Leli Azkiyah, pengurus Big Charity. Bagi teman- temannya, ucap Leli, nasbung tersebut mungkin bantuan sepele. Harganya pun tidak mahal. Namun, bagi para kuli, nasbung itu sesuatu banget. Buktinya, mereka langsung menyerbu rombongan Big Charity yang datang. ”Saya doakan tambah rezekinya. Tambah barokah,” ujar salah seorang kuli.

Selain membagikan nasbung, Big Charity aktif menggelar kegiatan sosial lain. Misalnya, santunan anak yatim, parsel Lebaran, dan bantuan untuk korban banjir. Komunitas yang terbentuk pada 23 Oktober 2016 itu kini semakin solid.

Big Charity sudah berbadan hukum. Susunan organisasi­nya juga jelas. Mulai pengawas, ketua, bendahara, hingga anggota. Status donasi dari donatur dijamin lebih aman. Rekening bantuan juga atas nama komunitas. ”Dulu kan masih pakai rekening pribadi untuk nampung donasi,” jelas Nimah. Saat ini komunitas tersebut mempunyai 350 donatur tetap. Baik warga Gresik, Bandung, Jakarta, hingga luar pulau seperti Bali dan Kalimantan.

Namun, mayoritas kegiatan sosial dilakukan di wilayah Gresik. Sebab, banyak anggotanya yang merupakan warga Gresik dan mempunyai kesibukan masing-masing. Untuk sasaran bakti sosial, tidak ada pilih-pilih. Warga miskin, pemulung, pengamen, dan pengemis bakal dibantu.

Anggota Big Charity memiliki pengalaman mengesanka­n. Saat itu ada bagi-bagi nasbung di TPA Benowo Surabaya. Rombongan membawa 500 nasbung. Awalnya, mereka takut datang ke lokasi di ujung barat Surabaya tersebut. Beberapa anggota sempat mau muntah. Baunya menyengat. Selain itu, anggota khawatir ditolak karena tidak ada yang kenal.

Ternyata, sambutan para pemulung benar-benar di luar dugaan. Melihat rombongan penggiat sosial tersebut datang, mereka menyerbu. Mereka turun bersamaan dari gunungan sampah yang tinggi menjulang. ”Merinding juga melihatnya. Tapi, setelah itu, rasanya nyess di hati,” kenang Leli. Saat datang hingga kali keempat, anggota sudah terbiasa. Mereka tidak ragu, tidak muntah sama sekali. ”Malah seperti tidak mencium bau apa-apa,” tutur Leli, lantas tertawa. (*/c20/roz)

 ?? NURUL KOMARIYAH/JAWA POS ?? JIWA SOSIAL: Nimah Garnis (lima dari kanan) bersama anggota komunitas saat akan melaksanak­an kegiatan pembagian 300 nasi bungkus.
NURUL KOMARIYAH/JAWA POS JIWA SOSIAL: Nimah Garnis (lima dari kanan) bersama anggota komunitas saat akan melaksanak­an kegiatan pembagian 300 nasi bungkus.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia