Kisah Inspiratif Karya Seruni-Wara
SURABAYA – Perupa perempuan ibu-anak, Wara Anindyah dan Seruni Bodjawati, berkolaborasi apik. Mereka memberikan sentuhan spesial dalam pameran bertajuk Indonesia Damai di Maxone Hotel kemarin (15/9). Seruni lebih suka warna-warna cerah. Sementara itu, ibunya mengeksplorasi warna hitam dan putih. Tapi, dua aliran tersebut dapat menyatu dalam sajian karya seni yang menarik.
Ada 39 karya lukis Seruni-Wara. Dalam pameran yang diselenggarakan Forum Inklusi Sosial dan Perdamaian Indonesia (FISPI) itu, mereka menerjemahkan peran peranakan Tionghoa di Indonesia. Keduanya sama-sama gemar membaca buku. Inspirasi hasil membaca buku itu lantas diterjemahkan dalam bentuk karya lukisan. ”Ayah saya punya koleksi buku 10 ribu lebih. Dan saya suka pinjam untuk membacanya,” kata Seruni.
Tengok saja salah satu lukisannya yang berjudul Pernikahan Dua Matahari. Ada dua tokoh utama yang digambarkan perupa 26 tahun itu dalam lukisan berukuran 145 x 200 cm. Dua tokoh tersebut sedang menyelenggarakan pesta pernikahan yang meriah dalam balutan cat akrilik. Suasana ramai digambarkan dengan orang-orang di belakang sang tokoh.
Tapi, bukan itu yang ingin disampaikan Seruni dalam karyanya. Dia ingin memvisualisasikan cerita cinta dengan latar belakang berbeda. ” Tidak ada yang dapat menghalangi perbedaan itu,” ungkap perempuan kelahiran Jogjakarta, 1 September 1991, tersebut. Pada lukisannya, terlihat pengantin perempuan merupakan warga Tionghoa. Sedangkan pengantin laki-laki merupakan keturunan Jawa.
Tokoh peranakan yang dilukis Seruni, antara lain, Nyonya Meneer, Yap Thiam Hien, Budi Santosa, Tan Tai Seng, dan Soe Hok Gie. Mereka memberikan pengaruh terhadap perkem- bangan Indonesia.
Sementara itu, Wara lebih suka memotret suasana damai dalam lukisannya. Bisa dari hubungan keluarga. Ada pula jalinan kasih antara kerabat dekat. Misalnya, pada lukisan yang berjudul Berkah Keluarga. Wara menggabungkan dua bahan cat, akrilik dan tinta cina, setiap berkarya. Pada lukisan berukuran 150 x 150 cm itu, pelukis 48 tahun tersebut mengabadikan keakraban suasana yang terjalin saat anggota keluarga berkumpul. ”Ini potret keluarga Tionghoa dari keturunan awal sampai akhir,” kata Wara yang menghabiskan waktu sekitar sebulan untuk menyelesaikan karyanya tersebut. (bri/c10/nda)