Mengaku Tak Tahu Kenapa Ada Eksodus
Pidato Suu Kyi Mengecewakan
NAYPYIDAW – Setelah sekian lama diam, Aung San Suu Kyi akhirnya berbicara. Kemarin (19/9) perempuan yang menjadi penasihat negara Myanmar itu memilih berpidato dengan menggunakan bahasa Inggris selama 30 menit di televisi. Penerima Nobel Perdamaian 1991 tersebut mengaku tak ada operasi militer di Negara Bagian Rakhine sejak 5 September. Karena itu, dia bingung kenapa terjadi eksodus besar-besaran di wilayah yang warganya mayoritas muslim tersebut.
”Kami ingin tahu kenapa eksodus terjadi. Kami ingin berbicara dengan mereka yang pergi dan mereka yang tinggal,’’ kata Suu Kyi. Padahal, PBB mencatat lebih dari 400 ribu warga Rohingya di Rakhine telah melarikan diri ke negara tetangga, Bangladesh. Jumlah itulah yang selamat sampai ke kamp pengungsian di Cox’zs Bazar, Bangladesh. Belum termasuk korban tewas ketika menyeberangi Sungai Naf yang memisahkan wilayah Myanmar dan Bangladesh.
Suu Kyi sepertinya benar-benar mengabaikan keluhan para pengungsi yang menyebut militer telah mengintimidasi dan membakar rumah-rumah mereka. ”Lebih dari 60 persen desa warga muslim masih berdiri,” kata perempuan yang pernah selama lebih dari 20 tahun dijadikan tahanan rumah oleh militer Myanmar tersebut. Bahkan, dia berjanji mengundang pihak lain untuk datang dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kondisi di Rakhine.
Lebih lanjut, Suu Kyi menyatakan, seluruh warga di Rakhine menda- patkan hak yang sama atas pendidikan dan layanan kesehatan tanpa diskriminasi. Koresponden CNN Ivan Watson yang sudah mengunjungi Rakhine menyebut klaim Suu Kyi tersebut tak sesuai fakta. Watson yang berada di gedung parlemen saat Suu Kyi berpidato sempat menghampiri ibu dua anak itu dan bertanya soal pembersihan etnis Rohingya. Tapi, Suu Kyi tutup mulut.
Bukan hanya Watson yang menyebut pidato Suu Kyi penuh kebohongan karena tidak sekali pun perempuan 72 tahun itu mengecam kekejian terhadap komunitas Rohingya. ”Hari ini Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya menunjukkan bahwa mereka masih abai atas kengerian yang berlangsung di Negara Bagian Rakhine,” ujar James Gomez, direktur Amnesty International untuk wilayah Asia Tenggara dan Pasifik.
Phil Robertson, wakil direktur Human Rights Watch (HRW) untuk Divisi Asia, juga mengungkapkan bahwa dirinya tidak percaya ucapan Suu Kyi. ”Jika itu benar, lalu siapa yang membakar semua desa selama dua pekan ini?” tegasnya. (Reuters/CNN/ sha/c6/any)