Jawa Pos

Harus Agresif dan Mati-matian

-

SINGAPURA – Jika tidak ada yang mau disalahkan dalam insiden tabrakan yang melibatkan duo Ferrari Sebastian Vettel dan Kimi Raikkonen serta bintang muda Red Bull-TAG Heuer Max Verstappen di GP Singapura, kita salahkan saja hujan. Karena trek basah di sirkuit jalanan Marina Bay itulah, kini harapan Ferrari untuk menjuarai Formula 1 tahun ini nyaris musnah.

Disadari atau tidak, peluang menang yang sudah di depan mata bisa amblas begitu saja ketika cuaca dan keberuntun­gan tak memihak seorang pembalap. Namun, masih ada enam seri hingga musim ini tutup buku. Apa pun bisa terjadi.

Sekarang faktanya, Mercedes memiliki mobil lebih kuat di mayoritas sirkuit yang akan menjadi tuan rumah balapan di sisa musim. Untuk melawannya, satu-satunya hal yang harus dilakukan Ferrari adalah mengubah pendekatan pada enam race terakhir. Ferrari harus sangat agresif.

Ferrari juga bisa memanfaatk­an posisi Red Bull untuk mendulang poin. Red Bull sudah terbukti mampu bertarung pada trek-trek yang memerlukan downforce tinggi dan tak terlalu menuntut power mesin besar. Jika Vettel bisa mendominas­i balapan di satu trek dan kemudian mengajak Raikkonen serta dua pembalap Red Bull finis di belakangny­a, peluangnya bisa hidup kembali.

Bukan mustahil hal itu terjadi. Di Singapura, Vettel meraih pole position. Duo Red Bull start dari posisi 2-3 dan Kimi Raikkonen di tempat keempat. Hamilton hanya start dari posisi kelima. Andai hujan tidak turun yang membuat start begitu sulit, Vettel bisa panen poin di Singapura.

Dari enam seri terakhir, Mercedes akan sangat kuat di Malaysia, Jepang, dan Austin, Amerika Serikat. Trek dengan layout cepat cocok dengan wheelbase mobil Mercedes yang panjang. Tentu tanpa mengesampi­ngkan perlawanan Ferrari di trektrek ini. Apalagi tahun lalu, masih teringat jelas, mesin W08 tunggangan Hamilton jebol di Malaysia.

Peluang Ferrari akan menjadi lebih besar di Mexico City, Interlagos (Brasil), dan Abu Dhabi. Bukan lebih unggul dari Mercedes, tapi setidaknya peluang dua rival tersebut akan 50:50. Plus, di enam trek terakhir, Red Bull juga berpeluang bertarung di antara Mercedes dan Ferrari. Jika Ferrari bisa bangkit melawan Mercedes seperti sesi kualifikas­i di Singapura, persaingan perebutan juara Formula 1 masih akan seru hingga seri terakhir di Abu Dhabi, 26 November nanti.

Tanda-tanda Ferrari bakal agresif sudah tampak menjelang GP Malaysia 1 Oktober nanti. Strategi pilihan ban antara Mercedes dan Ferrari berbeda. Dari 13 set ban yang disiapkan, duo Ferrari memilih ban supersoft lebih banyak ketimbang pembalap Mercedes. Jika Hamilton memilih hanya 1 set medium, 5 soft, dan 7 supersoft, Vettel dan Raikkonen menumpuk 9 set ban supersoft. Hanya 3 soft dan 1 medium.

Rekan setim Hamilton, Bottas, yang ingin merebut posisi kedua di klasemen pembalap dari Vettel sedikit lebih agresif. Dia memilih 2 medium, 4 soft, dan 7 supersoft. Dengan pilihan tersebut, Ferrari akan berfokus mencari setting- an terbaik untuk mobilnya.

’’Dalam hal stabilitas mobil, rasanya jauh lebih baik saat balapan berlangsun­g jika dibandingk­an dengan latihan atau kualifikas­i,’’ ucap Bottas mengomenta­ri kemajuan Mercedes dalam tiga race terakhir. Dengan stabilitas mobil tersebut, pembalap Finlandia itu percaya, tidak ada sirkuit yang perlu dikhawatir­kan di sisa akhir musim.

Namun, Vettel juga memiliki keyakinan yang tak kalah besar dari Bottas. Menurut dia, peluang belum tertutup sama sekali. Ferrari adalah tim yang bisa bangkit dengan cepat dari keterpuruk­an. ’’Kami menang dan kalah bersama. Jangan pernah menyerah karena itu tidak ada dalam DNA kami,’’ tegasnya. (cak/c5/nur)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia