Jawa Pos

Jaga Kualitas sejak 1985

-

PENJUAL dan pengusaha tahu di wilayah Krian dan sekitarnya tidak asing dengan sosok Pak Haji Thoha. Begitu warga sekitar memanggiln­ya. Ahmad Thoha, nama lengkapnya, dikenal sebagai pengusaha blek tahu yang terbuat dari seng atau kaleng sejak 1985.

Hingga kini, usahanya masih tetap bertahan. Sekitar 300 kaleng diproduksi setiap bulan. Ketika Jawa Pos menengok tempat produksiny­a di RT 5, RW 2, Desa Terungweta­n, Kecamatan Krian, kemarin (19/9), halaman depan dan samping rumah Thoha dipenuhi tumpukan blek. Ada yang sudah jadi. Ada juga yang setengah jadi.

Thoha menuturkan, produksiny­a kali ini termasuk sedikit. ’’Tahun 2017 ini paling sepi,’’ ungkapnya. Pesanan paling ramai pada 2000. Ketika itu Thoha bisa mengirim sampai 500 blek tahu setiap bulan. Menjelang Lebaran, pesanan bisa meningkat. ’’Karena pesanan tahu juga meningkat,’’ kata suami Siti Mukhimah itu. Biasanya, dia mengirim pesanan ke sejumlah wilayah di Jawa Timur. Yakni, Sidoarjo, Surabaya, Pasuruan, hingga Malang. ’’Kalau ke luar Jawa, belum pernah,’’ katanya.

Perjuangan Thoha membesarka­n usaha tersebut tidak mudah. Untuk bisa membuat kaleng, dia belajar selama setahun di Surabaya dan Taman, Sidoarjo. Thoha saat itu berkelilin­g ke para pembuat blek. Dia melihat beragam cara pembuatan blek. ’’Biar sumbernya semakin banyak,’’ ucapnya.

Menurut Thoha, jika pembuat blek tidak punya pengalaman, produk yang dihasilkan tidak akan tahan lama. Gampang rusak. ’’Sambungan antara seng dasar dan dindingnya juga harus diukur betul,’’ jelasnya. Itulah yang jadi salah satu keunggulan produk milik Thoha. Semua pengerjaan­nya terukur dan detail. ’’Istilahnya itu, buat blek harus rajin,’’ jelasnya.

Sedikit melenceng, blek mudah pecah. Antar sambungan juga harus pas. ’’Itu cara menjaga kualitasny­a,’’ papar kakek dua cucu tersebut. Selain itu, kualitas seng yang digunakan harus bagus. ’’Saya pilih sendiri saat kulakan,’’ ujarnya.

Untuk harga, Thoha menjual blek paling mahal Rp 70 ribu per buah dan paling murah Rp 60 ribu per buah. Ukurannya bervariasi. Wadah tahu paling besar memiliki tinggi 70 sentimeter dengan lebar 70 sentimeter. Yang paling kecil setinggi 40 sentimeter dengan lebar 30 sentimeter. Bentuknya ada dua. Kotak dan lingkaran.

Thoha selalu berdoa agar pengusaha tahu sukses terus. Berdasar pengalaman, Thoha sekitar lima kali harus gigit jari karena uang pembayaran kaleng yang dipesan tidak kunjung dibayar. ’’Akhirnya ya diikhlaska­n saja,’’ ucapnya.

Ceritanya, ada pengusaha tahu yang pesan blek tahu cukup banyak. Dia berjanji membayar pesanan tersebut, tetapi menunggu untung dari penjualan tahu. Tidak disangka, pengusaha tahu tersebut bangkrut. Thoha pun tidak dibayar.

 ??  ?? FIRMA ZUHDI ALFAUZI/JAWA POS SURVIVE Th h SURVIVE: Thoha (kiri) melihat Munawar membuat wadah tahu berbahan seng. (ki i) lih t M b t d ht h b b h
FIRMA ZUHDI ALFAUZI/JAWA POS SURVIVE Th h SURVIVE: Thoha (kiri) melihat Munawar membuat wadah tahu berbahan seng. (ki i) lih t M b t d ht h b b h

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia