Garap Ceruk Sepatu Syari
Dina Hoppy, Owner Happy Hoppy Indonesia merupakan pasar yang sangat besar untuk busana muslimah. Persaingannya juga ketat karena pelaku bisnisnya sudah sangat banyak. Namun, Dina Hoppy menemukan ceruk yang belum banyak digarap. Sepatu muslimah yang sesuai
UNTUK meneguhkan target pasarnya, Dina mengusung tagline Step Syari, Stay
Happy. Berbekal ketekunannya, hanya dalam waktu dua tahun, merek Happy Hoppy sudah cukup berkibar. Bagi perempuan, tutur Dina, sepatu merupakan kelengkapan fashion yang spesial. Padahal, sesuai dengan syariat, penampilan perempuan harus sederhana, tidak boleh berlebihan.
’’Karena itu, model-model sepatu Happy Hoppy cenderung simpel dan kasual. Pokoknya fokus syiarnya ke muslimah,’’ papar Dina saat ditemui di rumahnya di kawasan Ciater, Tangerang Selatan, Kamis (21/9).
Perempuan 26 tahun itu awalnya hanya menjadi reseller produk sepatu dan busana muslimah. Selama menjual produk-produk produksi orang lain tersebut, Dina menaruh minat lebih pada produk sepatu. Akhirnya, pada 2013, Dina memutuskan untuk mendirikan bisnis sepatu sendiri dengan brand Happy Hoppy.
Perempuan asal Duri, Riau, itu bergerilya mencari rekan kerja sama untuk produknya tersebut di Bandung dan Jakarta. Ternyata mencari partner bisnis untuk pasar yang baru berkembang tidaklah mudah. Bahkan, Dina pernah menjadi korban penipuan partner bisnisnya. ’’Ternyata susah mencari bengkel sepatu yang pas. Ada yang enggak
on time. Ada yang kualitasnya enggak sesuai. Saya juga pernah kena tipu,’’ ungkapnya.
Karena sulit menemukan partner, Dina sempat memutuskan menghentikan dulu bisnis sepatunya. Perempuan yang masih menempuh pendidikan profesi dokter gigi (koas) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia itu berfokus mempelajari selukbeluk branding.
Bisa dibilang, Dina memulai lagi bisnis sepatunya dari awal. Namun, begitu memutuskan untuk masuk ke bisnis lagi, persiapan Dina lebih matang. Modal awal untuk terjun lagi ke bisnis sepatu terbilang kecil, hanya Rp 5 juta.
’’Saya sempat belajar lebih ke branding- nya. Mulai menyiapkan logo sampai meng-hire jasa desain grafis untuk bikin situs. Pokoknya, digarap banget konsepnya. Termasuk konsep bahwa Happy Hoppy ini memang fokus kepada muslimah,’’ jelasnya.
Setelah setahun melipat layar dan menyiapkan perbekalan, Dina kembali melajukan perahu bisnisnya dengan konsep baru. Happy Hoppy berfokus memproduksi
flat shoes yang cenderung nyaman dipakai muslimah. Mayoritas bahannya adalah kulit sintetis yang mudah dibersihkan. Untuk desain, Dina sering melakukan riset melalui internet. Dia mencari model-model sepatu yang sedang ngetren.
Untuk memasarkan produknya, Dina mengandalkan model berjualan di bazar serta media sosial seperti Facebook dan
Instagram. Dina juga menggunakan selebriti di media sosial sebagai endorser. Mulanya, dia bekerja sama dengan pemilik bisnis busana muslimah yang sudah punya nama di media sosial, yakni Angella Fransisca. Dari situ, penjualan Happy Hoppy mulai berlari kencang.
Untuk endorsement, istri Mufti Widianto itu juga memilih selebgram yang sesuai dengan pasar Happy Hoppy. Misalnya, artis Risty Tagor. Selain endorsement melalui selebgram, dia memanfaatkan jasa iklan di Instagram. ’’Pada akhir 2015, belum banyak selebgram. Kalau sekarang kan banyak banget, jadi harus lebih diseleksi,’’ tuturnya.
Awalnya, perempuan kelahiran 25 Februari tersebut hanya menerapkan sistem preorder (PO) dengan waktu pengerjaan tiga–empat minggu. Sistem PO itu bertahan selama enam bulan. Selama itu pula, dia sudah breakeven
point (BEP). Berikutnya, Dina pun memberanikan diri memproduksi dengan sistem
ready stock dan tetap melayani PO. Hasilnya, Happy Hoppy kian sukses. Dalam sebulan, dia bisa meraup omzet hingga Rp 125 juta. Omzet tersebut akan meningkat dua kali lipat pada momen-momen tertentu seperti Lebaran. Pelanggannya pun sudah tersebar dari Sabang hingga Merauke. Bahkan, dia telah memiliki sejumlah reseller yang melayani penjualan produknya ke luar negeri seperti Hongkong dan Malaysia.
’’Biasanya, untuk regular per bulan, kami bisa produksi sampai 500 pasang sepatu. Kalau momen-momen tertentu seperti Lebaran, itu bisa 1.000 pasang,’’ terangnya.