VIRUS NEYMAR-DEPENDENCY
MONTPELLIER – Andai Paris SaintGermain (PSG) menang saat melawan Montpellier di Stade de la Mosson (24/9), mungkin kabar cederanya Neymar tidak dipertanyakan. Apalagi cederanya meragukan: ibu jari kaki kanan. Absennya pemain termahal dunia itu pun lantas dikaitkan dengan insiden rebutan penalti dengan Edinson Cavani dalam laga melawan Olympique Lyon (18/9).
Sebab, seiring dengan skor kacamata (0-0) melawan Montpellier, bukan hanya kemenangan dan selalu mencetak gol PSG dalam enam pertandingan di Ligue 1 yang terhenti. Tetapi, Les Parisiens juga dituding mulai terserang virus Neymar-depen
atau ketergantungan terhadap penyerang bintang 25 tahun tersebut. Sebagai catatan, laga berikutnya pasukan Unai Emery adalah menjamu raksasa Jerman Bayern Muenchen dalam kedua grup B Liga Champions (28/9).
’’Orang mulai menyamakan (PSG tanpa Neymar) dengan Barcelona tanpa Lionel Messi atau Real Madrid tanpa Cristiano Ronaldo,’’ kata Marco Verratti, gelandang PSG, kepada Canal Plus. ’’Itu tidak benar. Kami tetap tim hebat meski tanpa dia (Neymar),’’ imbuh pemain timnas Italia tersebut.
Menurut Verratti, kegagalan PSG meraih kemenangan atas Montpellier lebih disebabkan lawan yang bermain sangat disiplin. La Paillade –julukan Montpellier– ti dak memberikan banyak ruang bagi PSG yang mengusung trisula Kylian Mbappe-Cavani-Julian Draxler. ’’Setelah (selalu mulus) dalam enam pekan, pasti ada situasi sulit seperti ini,’’ jelasnya.
Terpisah, Emery belum bisa memastikan apakah Neymar pulih saat melawan Bayern. Hal itulah yang membuat dugaan Neymar sengaja ’’diistirahatkan’’ melawan Montpellier menguat. Bukan hanya soal cedera, Emery juga tidak bisa memastikan siapa yang menjadi algojo utama timnya saat mendapat hadiah penalti. ’’Kami punya dua penendang penalti saat ini. Cavani dan Neymar. Siapa yang menjadi pe nen dang pertama dan kedua, saya akan memutuskannya nanti,’’ beber pelatih berkebangsaan Spanyol itu.
Sikap tidak tegas Emery tersebut sebelumnya dikritik karena bisa memunculkan friksi antar pemain. Bahkan, pelatih yang membawa Sevilla memenangi tiga gelar Liga Europa secara beruntun itu secara terang-terangan mengaku tidak ikut campur apabila ada konflik personal di antara anak asuhnya. ’’Karena saya melihat mereka (pemain PSG) adalah pemain profesional yang bisa me nye le saikan masalah sendiri,’’ tandasnya. ( io/ c19/dns)