Jawa Pos

Sejarah Hat-trick Peter The Great

Pertahanka­n Jersey Pelangi di Bergen

-

BERGEN– Di Richmond, Amerika Serikat, dua tahun lalu, Peter Sagan adalah yang terkuat. Di Doha tahun lalu, pembalap Slovakia itu tak pernah kehilangan momen saat memburu jersey pelangi –penanda juara dunia– untuk kali kedua. Kemarin di Bergen, Norwegia, Sagan kembali membalap mendekati sempurna untuk menyabet gelar juara dunia kali ketiga secara beruntun.

Itu capaian dahsyat bagi Sagan. Sebelumnya, tidak ada dalam sejarah berlangsun­gnya Kejuaraan Dunia UCI Road seorang pembalap meraih tiga kemenangan beruntun.

Pembalap dengan julukan Peter The Great itu mempertaha­nkan ritme terbaiknya pada balapan sepanjang 267,5 kilometer dari Rong menuju Bergen tadi malam WIB. Dia kemudian meraih kemenangan gemilang setelah melibas pembalap tuan rumah Alexander Kristoff hanya beberapa puluh meter menjelang garis finis. Ada 26 pembalap dalam bunch

menuju garis finis setelah kecelakaan terjadi di kaki Bukit Salmon. Di dalamnya termasuk favorit juara Tom Dumoulin, Dan Martin, Philippe Gilbert, dan Ilnur Zakarin. Julian Alaphilipp­e (Prancis) dan Gianni Moscon (Italia) pada awalnya tampak paling menjanjika­n sebagai pembalap yang bakal bersaing di akhir lomba. Tapi, keduanya justru drop di 3 kilometer terakhir.

Tidak mudah bertahan di rombongan terdepan bersama pembalap-pembalap top di nomor elite men road race tersebut. Sagan tak punya rekan satu tim yang mumpuni untuk membantuny­a. Tapi, bertarung sendiri saja cukup bagi Sagan.

Kristoff adalah pembalap pertama yang membuka sprint saat peloton memasuki tikungan terakhir di 300 meter menjelang finis. Pada titik itu, sprinter tim Katusha- Alpecin tersebut diprediksi bisa merebut gelar juara dunia yang manis di balapan kandangnya. Namun, Sagan benar-benar merusak rencana pesta pendukung tuan rumah. Saat garis finis semakin dekat, Sagan menghabisk­an sisa tenaga untuk memburu Kristoff. Keduanya bertarung sengit sebelum Sagan melewati garis finis dengan selisih setengah roda.

”Kristoff membalap di kandangnya dan saya meminta maaf karena mengalahka­nnya. Tapi, saya senang bisa meraih gelar juara lagi. Benarbenar luar biasa untuk saya. Memang tidak mengubah apa pun. Tapi, bagi saya, (kemenangan, Red) ini sesuatu yang menyenangk­an,” ucap Sagan seperti dilansir

Sagan kemudian mendedikas­ikan kemenangan itu kepada legenda balap Italia Michele Scarponi. Pembalap 37 tahun tersebut meninggal setelah tertabrak mobil saat berlatih sepeda April lalu. Juara Giro d’Italia 2011 itu seharusnya berulang tahun hari ini, 25 September.

”Itu (kematian Scarponi, Red) menjadi kisah sedih tahun ini. Yang kedua, saya ingin mendedikas­ikan kemenangan ini untuk istri saya. Kami berdua segera memiliki buah hati. Kemenangan ini sangat menyenangk­an di akhir musim 2017,” tandasnya. (cak/c11/ady)

 ??  ?? sprint
sprint
 ??  ?? Cycling News.
Cycling News.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia