Sistem Voting Online Sekolah Kian Canggih
Komisi Pemilihan OSIS SMP Islam Al Azhar (SMPIA) 13 punya gawe besar Rabu (20/9). Mereka menyelenggarakan pemilihan ketua dan wakil ketua OSIS periode 2017–2018 secara online. Di balik kesuksesan acara tersebut, ada Muhammad Irsyad Rafi Saputra. Dialah ya
MUHAMMAD Irsyad Rafi Saputra duduk di kelas IX SMPIA 13 Surabaya. Meski belia, kemampuannya di bidang komputer cukup mumpuni. Karena itu, dia terpilih untuk mengembangkan sistem voting online di sekolah tersebut.
Rafi, sapaannya, memperbarui teknologi yang diciptakan kakak kelasnya. Dengan inovasi itu, aplikasi pemilu online tersebut bisa lebih cepat dan menghitung pemenangnya secara otomatis. ’’Yang pasti antigolput,’’ ujarnya.
Menurut Rafi, panitia memasukkan daftar pemilih tetap ke aplikasi tersebut sebelum pemilihan berlangsung. Data yang dimasukkan berupa nomor induk siswa (NIS). Ketika pemilihan berlangsung, pemilih menekan tombol vote dalam aplikasi. Kemudian, keluar tampilan verifikasi. Pemilih diminta memasukkan NIS. ’’Kalau NIS-nya salah atau dobel, otomatis terhapus,’’ jelas putra pasangan Yudi Saputra dan Retno Taviati itu.
Para siswa yang belum memilih akan terdeteksi. Mereka yang belum menggunakan hak suara dipanggil untuk melakukan ’’pencoblosan’’ online tersebut. Setiap siswa hanya boleh memilih satu pasangan calon. Otomatis tidak ada suara yang terbuang dalam pemilihan itu. Bagi Rafi, bahasa pemrograman bukan hal asing. Dia tertarik dengan bahasa pemrograman sejak kelas IV SD. Dia terinspirasi kisah ahli komputer cilik yang dimuat di sebuah majalah. Sejak saat itu dia belajar secara otodidak. Mulai membaca artikel di internet hingga melihat YouTube. Kemudian, dia mempraktikkan materi yang baru dipelajari itu.
Semakin lama, kemampuan Rafi semakin berkembang. Saat kelas VI dia bisa memutus koneksi internet komputer lain di sekolahnya. Rafi menceritakan, saat itu dirinya dan teman-temannya mengerjakan tugas di laboratorium komputer. Namun, ada sebagian bocah yang membuka YouTube. Karena terganggu, Rafi memutus koneksi internet anak yang membuka situs video itu. ’’ Kan jadi lemot hehehe,’’ ungkapnya.
Bukan hanya itu. Ketika SMP Rafi pernah diminta pihak sekolah untuk memasangkan koneksi wifi. Memang, kebutuhan internet di sekolah kini semakin besar. Apalagi saat ini ujian menggunakan sistem CBT. Siswa kelahiran 14 Oktober 2003 itu berhasil membuat seluruh komputer terkoneksi dengan jaringan internet. Pelaksanaan CBT pun berjalan lancar.
Di rumah, Rafi dipasrahi pekerjaan serupa. Untuk urusan komputer dan internet, dia selalu dipanggil. ’’Papa mama mendukung,’’ ucapnya.
Meski demikian, Rafi tetap anakanak. Adakalanya dia usil jadi hacker. Suatu kali, dia membajak akun media sosial temannya. ’’Setelah di- hack ya dikembalikan lagi,’’ tuturnya. Setelah itu, Rafi mengaku dan menyarankan temannya agar menambah pengamanan terhadap media sosialnya. Rafi tidak sekadar memberikan saran, tetapi juga mengajari caranya secara langsung. Sungguh, hacker yang baik hati! (ant/c15/nda)