Selalu Terkendala Minimnya Saksi
Kasus pembuangan bayi selalu meninggalkan cerita miris. Bayi kerap ditemukan dalam kondisi mengenaskan. Siapa orang tua yang tega memperlakukan darah daging sendiri seperti itu?
KASUS terbaru penemuan bayi yang dibuang orang tuanya terjadi Sabtu lalu (23/9). Dua petugas pengerukan sampah, Eko Budi Setiawan dan Yuliono, menemukan bayi perempuan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Bayi perempuan tersebut sudah meninggal. Kondisinya mengenaskan. Isi perutnya terburai.
Diduga, bayi tersebut meninggal sejak dua hari sebelum ditemukan. Lokasi pembuangan diperkirakan bukan di TPA Benowo, melainkan di PU Boezem Greges. Eko dan Yuliono memang biasa mengangkut sampah di daerah itu.
Hingga kemarin (24/9), Polsek Benowo masih melakukan penyelidikan. Tidak banyak data yang dikumpulkan di lapangan. Sebab, lokasi pembuangan diduga tidak di TPA Benowo.
Saat ini polisi masih melakukan pendataan terhadap warga sekitar. Terutama bidan yang biasa menangani persalinan warga. Keterangan mereka bisa menjadi data awal. Sebab, kecurigaan akan mengarah ke mereka yang baru saja melakukan persalinan. ’’Kami masih berada di lapangan untuk melakukan penyelidikan,” ujar Kapolsek Benowo Kompol Moch Mahmud.
Selanjutnya, polisi akan mencari data siapa saja ibu yang melahirkan di kawasan Greges. Terutama pada hari-hari yang diperkirakan menjadi waktu kelahiran bayi tersebut. Setelah itu, akan dilakukan pengecekan.
Memang, penyelidikan tidak semudah itu. Ada beberapa faktor yang bisa menghambat. Yang paling utama, orang tua tak bertanggung jawab itu berasal dari luar Greges. Dia hanya membuang di tempat tersebut. Alhasil, data yang dikumpulkan seolah menjadi tak berguna. ’’Kami belum menemukan siapa yang membuang bayi tidak berdosa tersebut,” kata polisi asli Gresik itu.
Penemuan bayi di TPA Benowo tersebut menambah panjang daftar kasus pembuangan bayi di Surabaya. Sepanjang tahun ini, sudah ada delapan kasus ( selengkapnya lihat grafis). Namun, upaya kepolisian untuk mengungkap kasus pembuangan bayi tersebut selalu menemui jalan buntu.
Sama halnya dengan kasus terbaru di TPA Benowo, polisi selalu terkendala minimnya saksi. Baik yang melihat pembuangan maupun yang mengetahui proses persalinan. Meski begitu, ada satu dugaan yang cukup kuat di balik kasuskasus itu. Yakni, bayi-bayi malang tersebut merupakan hasil hubungan terlarang. Terlebih melihat fenomena pergaulan bebas yang dekat dengan minuman keras, narkoba, hingga seks bebas. ” Takut menjadi aib keluarga. Setelah lahir, bayinya langsung dibuang,” ujar mantan Kanitreskrim Jambangan Ipda Agus Eko Widodo. Dari data lapangan, umumnya, pelaku merupakan orang yang tinggal jauh dari lokasi penemuan. Kasus terbaru di TPA Benowo adalah contohnya. Hal tersebut didukung hasil olah tempat kejadian perkara (TKP). Pemeriksaan saksi-saksi hingga pengecekan ke rumah sakit dan petugas kesehatan sekitar selalu nihil.
Bhabinkamtibmas, unit reskrim, dan unit intel yang berusaha mencari informasi juga tidak mendapatkan hasil yang signifikan. Keterangan yang dikatakan saksi yang ada dangkal. Itulah yang mempersulit proses penyelidikan. ”Sulit rasanya menemukan saksi yang benar-benar melihat pelaku ketika meletakkan dan meninggalkan bayinya begitu saja,” ungkap Kanitreskrim Polsek Wonokromo Iptu Ristitanto.
Namun, dari fisik jasad bayi, bisa diperkirakan siapa yang terindikasi menjadi pelaku pembuangan. Kanitreskrim Polsek Dukuh Pakis AKP Muhammad Akhyar mengungkapkan, berdasar kasus yang pernah diungkap sewaktu bertugas di Polsek Sukolilo pada 2015, apabila kondisi bayi masih bagus, bisa jadi pelaku tinggal tidak jauh dari lokasi pembuangan. ( bin/han/c17/fal)