Jawa Pos

Dibungkus Kresek atau Dimasukkan Kardus

-

BAYI-BAYI malang yang dibuang orang tuanya diduga dilahirkan tanpa bantuan medis. Hal tersebut terlihat dari potongan tali pusar bayi. Misalnya, asal memotong. ”Jika proses persalinan dilakukan oleh tenaga dengan peralatan medis yang profesiona­l, potongan ari-arinya rapi,” jelas Kanitreskr­im Polsek Dukuh Pakis AKP Muhammad Akhyar.

Biasanya, pelaku mencari informasi mengenai proses menggugurk­an bayi. Jalurnya bisa melalui dukun bayi atau bidan yang praktik ilegal. ” Yang jelas, kecil kemungkina­n dokter mau membantu proses penggugura­n bayi. Bisa dijerat pasal dokter itu,” kata Akhyar.

Dari kasus yang pernah ada, terdapat dua cara pelaku saat membuang bayi. Ada yang hanya memasukkan bayi ke plastik. Ada pula yang memasukkan bayi ke boks, lantas diberi selimut.

Pelaku atau orang tua yang tega membuang bayi tersebut tidak memandang strata ekonomi maupun pendidikan. ”Entah lulusan SD, SMP, SMA, hingga S1, yang namanya pergaulan dan seks bebas sudah tidak mengenal batas,” ungkapnya.

Waktu pembuangan bayi biasanya menyesuaik­an dengan jam aktivitas warga. Pelaku memilih saat-saat sepi. Misalnya, saat dini hari atau malam menjelang pergantian hari. Tujuannya, masyarakat sekitar tidak curiga. Mereka hanya akan terlihat seperti membuang sampah biasa. Masyarakat perkotaan yang cenderung kurang peduli juga menjadi celah yang dimanfaatk­an pelaku untuk mem- buang bayi sembaranga­n.

Tempat-tempat yang dipilih untuk membuang bayi tidak sembaranga­n. Dari kasus selama ini, ada yang menghanyut­kan bayi di sungai, membuang di tempat sampah, dan meletakkan di tempat sepi atau di pinggir jalan yang minim penerangan. Dari delapan kasus sepanjang tahun ini, tercatat 2 kasus bayi dibuang di sungai, 3 kasus di tempat sepi, 2 di tempat sampah, dan 1 di pinggir jalan yang minim penerangan. (han/c6/fal)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia