60 Persen Penduduk Dapat Jatah
KEKERINGAN pernah menjadi momok bagi Desa Sumari, Kecamatan Duduksampeyan. Lebih dari 3 ribu penduduk desa sulit mendapatkan air bersih. Kondisi itu berlangsung puluhan tahun.
Pada 1982, Pemprov Jawa Timur membangun tandon besar di tengah sawah warga. Kepala Desa Sumari M. Arief Wijaya menyatakan, warga tidak pernah kekurangan air lagi sejak itu.
Tandon bantuan pemprov berukuran 6 x 6 meter dengan kedalaman 8 meter. Dari tandon, air didistribusikan melalui pipa besar sebagai penyalur utama. Setiap rumah memiliki saluran air yang terhubung dengan pipa utama. Mirip PDAM, tapi tidak bayar,” jelasnya.
Pada 1990, dibangun saluran air besar untuk mendistribusikan air. Namun, setelah dibagi ke beberapa desa, sumber air tiba-tiba mampet. Tidak ada yang tahu penyebabnya. Yang jelas, sejak saat itu hingga sekarang, air sumber hanya keluar sedikit,” tutur Arief.
Menurut dia, di antara 530 kepala keluarga, hanya 10 persen yang mendapat pasokan air dari tandon. Itu pun tidak setiap hari. Ketika kemarau, warga bergantian mengambil jatah. Sejak itu, Desa Sumari hampir selalu kekeringan. Mereka harus membelinya dari pedagang air gerobak sampai tangki.
Pada akhir 2015, Arief baru terpilih menjadi Kades. Setahun berikutnya, dia memutar otak. Akhirnya mendapat bantuan dari Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) berupa perbaikan tandon dan sumber air,” ungkap lelaki kelahiran 1983 itu.
Sudah dua tahun terakhir ini, air bersih telah menjangkau 60 persen penduduk desa. Minimal bisa mengurangi beban warga,” lanjut Arief. Sisanya akan terus diupayakan. Seluruh warga harus kebagian air. ( adi/c24/roz)