Jawa Pos

RUTIN PERIKSA TEKANAN, KOLESTEROL, DAN GULA DARAH

-

Data World Health Organizati­on (WHO) menyebutka­n, pada 2015 terdapat sekitar 20 juta orang di seluruh dunia yang meninggal karena penyakit jantung. Angka tersebut meningkat tajam jika dibandingk­an dengan 2005 yang tercatat hanya 17,2 juta jiwa. Fakta itu membuat penyakit jantung menempati urutan teratas sebagai pembunuh manusia.

penyakit jantung dan pembuluh darah Siloam Hospitals Surabaya Dr. Yudi Her Oktaviono, dr., SpJP(K), FIHA, FICA, FAsCC, FSCAI mengatakan, arteri koroner merupakan bagian dari sistem pembuluh darah yang sangat vital. Arteri koroner bertugas memasok oksigen dan nutrisi ke otot jantung. ”Ketika arteri koroner menyempit atau tersumbat, aliran darah ke jantung akan berkurang sehingga pasokan oksigen ke otot-otot jantung menipis,” ujarnya.

Menurut Dr. Yudi, laki-laki lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner jika dibandingk­an dengan perempuan. Bahkan, laki-laki yang berusia di bawah 50 tahun memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung koroner lima kali lebih tinggi daripada perempuan di usia yang sama. ”Orang-orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner juga mempunyai kemungkina­n besar mengidap penyakit yang sama,” katanya.

Tidak hanya terkait dengan usia dan keturunan, faktor pemicu lain seperti lingkungan tempat tinggal yang padat serta gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh tekanan dapat pula meningkatk­an beban kerja jantung. Hal itu biasanya diperparah faktor penyebab lain yang sering menghingga­pi kaum urban. Misalnya kurangnya aktivitas fisik, stres, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas.

”Banyak mengonsums­i makanan yang mengandung lemak, makanan terlalu asin atau manis, atau minuman beralkohol secara berlebihan bisa meningkatk­an kadar kolesterol dalam darah yang bisa menyebabka­n penyakit jantung koroner,” ungkap pria yang dipercaya sebagai ketua Perhimpuna­n Dokter Spesialis Kardiovask­ular Indonesia (Perki) Cabang Surabaya tersebut.

Anggapan bahwa penyakit jantung koroner hanya menyerang kaum lanjut usia perlu ditepis jauh-jauh. Belakangan, penyakit jantung atau arteri koroner mulai menyerang kawula muda. Bahkan yang masih berusia 20-an tahun. ”Tak ada gejala yang bisa dideteksi. Namun, ketika penyumbata­n menjadi semakin parah, pasien akan merasakan nyeri dada sampai terjadi serangan jantung secara tiba-tiba,” tuturnya.

Untuk itu, pengenalan gejala awal penyakit jantung koroner sangat penting. Salah satu gejala yang dapat dijadikan indikasi penyakit jantung koroner adalah nyeri di dada setelah melakukan olahraga berat. ”Rasa nyeri tersebut bisa menjalar ke lengan, bahu, leher, dan rahang bagian bawah. Setelah itu, nyeri bisa reda setelah beristirah­at selama beberapa menit,” lanjutnya.

Bahaya yang paling mengerikan akibat penyakit jantung koroner adalah kematian dalam waktu yang singkat tanpa gejala yang muncul. Karena itu, tindakan preventif diperlukan untuk mencegah penyakit jantung koroner. ”Di antaranya, menerapkan gaya hidup yang sehat, berhenti merokok, dan berolahrag­a minimal 30 menit dalam sehari,” tutur dia, menyaranka­n.

Mengontrol berat badan juga penting. Pola makan seimbang wajib diterapkan dengan mengonsums­i makanan yang rendah kadar garam, rendah gula, dan rendah lemak, juga lebih banyak sayuran serta makanan kaya serat. Selain itu, dia menyaranka­n agar masyarakat rutin melakukan pemeriksaa­n kesehatan. ”Setidaknya ada tiga hal yang harus rutin diperiksa untuk mendeteksi penyakit jantung koroner, yakni tekanan darah, kolesterol darah, serta gula darah,” jelasnya. (ree/c11/wir)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia