Jawa Pos

Dapat Uang Jajan dari Jual Sayur

Gangguan kejiwaan membutuhka­n pendekatan khusus. Erwin Sibarani memiliki cara jitu untuk melakukan terapi. Berkebun menjadi obat untuk melepas beban pikiran sekaligus refreshing otak.

- GALIH ADI PRASETYO

SIBUK sekali Margono kemarin sore (25/9). Sementara itu, 14 temannya masih duduk santai dan tiduran. Tiga bak berdiamete­r setengah meter, dua gembor untuk menyiram tanaman, dan beberapa timba bekas cat diletakkan di depan rumah. ’’Wahyu, ayo ndang keluar,” kata Margono, memanggil temannya yang tersimpuh di lantai.

Margono dan 14 temannya menderita gangguan mental. Kini, mereka berada di Rumah Gadara. Yakni, rumah untuk menampung orang yang kurang beruntung karena gangguan mental.

Contohnya, Margono yang sudah lebih dari setahun tinggal di rumah milik Erwin Sibarani itu. Margono ditemukan di Jalan Demak. Dia berjalan dari Pasuruan dan nyasar di Surabaya, hingga akhirnya ditemukan Erwin. ’’Dia ditemukan saat operasi tangkap tangan (OTT),” kata pengurus Rumah Gadara tersebut.

Sementara itu, beberapa orang lainnya ditemukan berkat infor- masi yang diterima rumah di bawah naungan Yayasan Bukit Zion tersebut. Misalnya, Polsek Tenggilis Mejoyo yang sering melapor bila melihat orang dengan gangguan jiwa keluyuran. ’’Pasti mereka lapor ke kami kalau dapat orang gendeng,” ujar pria 34 tahun itu.

Berbeda dengan tempat penampunga­n orang dengan gangguan jiwa, suasana kekeluarga­an betul-betul ditekankan. Erwin beserta istri dan kedua anaknya pun tinggal serumah dengan mereka. ’’Kalau mereka makan tempe, saya juga sama,” tutur alumnus hukum Universita­s dr Soetomo tersebut.

Begitu pula perawatan yang diberikan. Kini, Erwin memiliki cara untuk membikin betah penghuni Rumah Gadara. Yakni, terapi berkebun yang dijalankan sejak akhir tahun lalu.

Terapi berkebun memanfaatk­an lahan kosong di sekitar lingkungan Rumah Gadara di Jalan Kutisari Indah Barat V. Tepatnya di sebelah utara gardu induk PLN Kutisari. ’’Kami komunikasi dengan RT untuk memakai lahan itu, untung diizinkan,” ungkapnya.

Bersama empat pendamping, Erwin mengajak 15 orang itu berkebun. Berbagai jenis sayuran ditanam. Mulai cabai, terong, sawi, kangkung, bayam, hingga tomat. Perawatann­ya pun ketat, yaitu pukul 07.00–10.00 dan pukul 15.00–17.00. ’’Kalau lampu sudah menyala, artinya selesai. Waktunya bersih badan,” ucap Margono yang tidak paham soal jam.

Kemarin sore, mereka berbagi tugas untuk menjalanka­n kegiatan rutin tersebut. Ada yang mengambil air dari got, ada pula yang mencabut rumput. Untung, terdapat terong ungu, terong lalap, dan cabai yang bisa dipanen. Jadi, ada yang bertugas memanen. Sementara itu, pendamping tetap mengawasi mereka, jaga-jaga kalau ada yang lari.

’’Ini sudah besar-besar. Ayo di- panen. Dipanen ya, Pak Erwin?” kata Margono. Dengan cekatan, dia memetik cabai yang ijo royo

royo. Meskipun cabai yang dipetik lengkap dengan tangkai dan daunnya. Margono begitu senang. Hal itu terlihat dari gerakan tubuhnya saat berinterak­si dengan Jawa Pos. Sambil prangas-pringis yang terkadang keterusan tanpa henti.

Meskipun mereka menderita gangguan mental, urusan berkebun tak perlu diragukan. Kalau boleh jujur, mereka lebih ahli daripada Erwin dan para pendamping. ’’Mungkin mereka sebelumnya punya background berkebun,” tutur Erwin.

Benar saja, kualitas tanaman mereka tidak kalah jika dibandingk­an dengan sayur supermarke­t. Apalagi, perawatann­ya full organik. Pupuknya memakai ampas teh yang diperoleh dari pabrik dekat Rumah Gadara. ’’Siapa pun boleh ambil bekas teh itu. Biasanya dapat 14 karung sekali ambil,” ungkap Mister Baru, salah seorang pendamping asal Palu.

Hingga kini, mereka sudah tiga kali memanen. Hasil panen digunakan untuk kebutuhan Rumah Gadara. Kalau berlebih, biasanya hasil panen tersebut dibeli tetangga. ’’Uangnya buat tambahan jajan anak-anak,” ucap Erwin.

Menurut dia, aktivitas berkebun bisa memacu pemikiran orang dengan gangguan jiwa. Tak perlu lagi mojok di kamar dan ketakutan. Mereka lebih terbiasa berinterak­si dengan lingkungan. ’’Kalau di kamar terus, kasihan tidak ada hiburan. Kalau seperti ini, bebas dan tidak dikekang.” (*/c18/ano)

 ?? GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS ?? ORANG BAIK: Erwin (baju batik) membimbing ”pasiennya” berkebun.
GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS ORANG BAIK: Erwin (baju batik) membimbing ”pasiennya” berkebun.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia