Jawa Pos

Pintu Air Terbuka, Langsung Cari ’’Sampah Aneh’’

Tidak sabar rasanya untuk segera memulai perjalanan ini. Mencicipi setiap jengkal aliran arusnya. Mendengark­an berbagai kisah yang masih tersembuny­i.

-

BENDUNGAN Lengkong Baru menyuguhka­n arsitektur klasik yang khas. Sembilan menara pengawas setinggi 7 meter tampak menjulang dengan ’’topi’’ seng berwarna biru. Selain berfungsi sebagai pintu air, bendungan tersebut menjadi jembatan yang menghubung­kan dua kabupaten. Yakni, Kabupaten Sidoarjo dan Mojokerto.

Wilayah di Kabupaten Sidoarjo yang bersinggun­gan langsung dengan bendungan itu adalah Desa Mlirip Rowo, Tarik. Untuk Kabupaten Mojokerto, bendungan tersebut mengarah ke Jalan Raya Lengkong, Kecamatan Mojoanyar. Di sanalah letak kantor Perum Jasa Tirta Subdivisi II. Titik awal perjalanan kami sebelum menyusuri Kali Porong dengan menggunaka­n perahu karet pada Kamis (14/9).

Dari atas jembatan, kami bisa melihat dengan jelas aliran Sungai Brantas. Beberapa orang sedang menjaring ikan. Ada pula yang tengah menjajakan ikan-ikan khas air tawar pada pengendara yang hilir mudik. Suasana di sekitar bendungan begitu ramai pagi itu.

Setelah melewati jembatan, kami memasuki pintu masuk Perum Jasa Tirta Subdivisi II. Udara terasa segar. Ada banyak pepohonan yang mengitari kantor yang berhadapan langsung dengan Bendungan Lengkong Baru itu. ’’Apa kabar, Mas?’’ kata Kepala Subdivisi Jasa Tirta II Indra Nurdianyot­o dengan ramah sembari menyalami kami pada Rabu (13/9).

Pria 32 tahun itu kemudian meng- ajak Jawa Pos untuk melihat suasana di sekitar gedung Perum Jasa Tirta Subdivisi II. Menurut Indra, fungsi utama Bendungan Lengkong Baru adalah flood way atau pengaliran banjir. Maklum, Bendungan Lengkong merupakan hilir Sungai Brantas. Sungai terpanjang kedua di Jawa setelah Bengawan Solo.

Volume air yang datang dari hulu Sungai Brantas hingga Bendungan Lengkong tercatat 1.500 meter kubik per detik. Volumenya bisa meningkat bila musim hujan tiba.

Alumnus Universita­s Muhammadiy­ah Yogyakarta itu menambahka­n, mulanya arus Sungai Brantas beruntun mengalir dari Malang, Blitar, Tulungagun­g, Kediri, Jombang, Nganjuk, Mojokerto, Gresik, dan berujung di Surabaya. Tepatnya melewati Kalimas.

Melihat besarnya debit yang dialirkan dari Sungai Brantas, dibuat dua pintu air di kawasan Bendungan Lengkong Baru. Yakni, pintu air Mlirip Rowo yang mengalirka­n air ke Surabaya dan pintu air Lengkong Baru yang mengalirka­n air ke Kali Porong. ’’Hilir Sungai Brantas itu ya di Bendungan Lengkong ini, kemudian bercabang ke Surabaya dan Sidoarjo,’’ jelas ayah tiga anak itu.

Aliran Sungai Brantas yang mengalir ke Sidoarjo tidak hanya melewati pintu air Bendungan Lengkong Baru. Ada jalur kedua. Yaitu, Bendungan Pajaran (akan dibahas pada episode selanjutny­a). Lokasinya sekitar 500 meter ke timur dari pintu air Bendungan Lengkong Baru. Di sanalah asal dua kanal penting yang menyokong kehidupan Sidoarjo. Yakni, Mangetan Kanal dan Porong Kanal. Dua kanal tersebut melewati seluruh kecamatan di Sidoarjo dan menyediaka­n air yang diperlukan warga. Sementara itu, air yang mengalir lewat Kali Porong langsung menuju ke laut.

*** Ruang pengoperas­ian pintu-pintu air berada di lantai 2. Berukuran sekitar 5 x 10 meter. Dari tempat itu, kami bisa melihat langsung seluruh kawasan Bendungan Lengkong Baru. Tidak seperti keadaan di luar yang ramai oleh suara kendaraan, ruang pengoperas­ian pintu air yang berjendela kaca tersebut begitu tenang.

Kami berkenalan dengan dua operator yang saat itu bertugas. Yakni, Aan Welasetiyo, 31, dan Bagus Prasetyo, 29. Mereka tengah memantau kamera closed circuit television (CCTV). Sebenarnya ada tujuh operator pintu air. Aan dan Bagus merupakan dua di antara tujuh operator tersebut. Tujuh operator itu terbagi dalam tiga sif jaga. Yaitu, pukul 06.00–14.00, 14.00–22.00, dan 22.00–06.00.

Aan lantas menunjukka­n cara pintu air itu bekerja. Dia melangkah menuju salah satu sudut ruangan. Tempat kontrol panel pintu-pintu air. Tampilanny­a mirip lemari besi yang penuh dengan lampu dan tombol-tombol. Pintu air bisa dikontrol dengan dua cara. Lewat remote di ruang operator atau melalui menara pengawas di atas setiap pintu air.

Rasa penasaran kami membuncah. Ingin sekali melihat langsung proses terbukanya pintu-pintu air bendungan. Indra cukup baik hati. Dia pun memberikan izin untuk membuka salah satu pintu air. Kami bergegas ke luar ba- ngunan operator dan menuju menara pengawas ke-9.

’’Di sini saja ya, kita operasikan pintu nomor dua,’’ kata Bagus yang ikut menemani. Setelah membuka kunci kotak kontrol panel, Bagus menekan beberapa tombol. Bunyi mesin mulai terdengar dan lantai tempat kami berdiri di menara pengawas air bergetar. Beberapa detik setelahnya, pintu kedua dari delapan pintu air mulai terbuka.

Air yang tertampung di Bendungan Lengkong mulai mengalir deras menuju Kali Porong. Saat pintu air itu terbuka, Aan tampak berkonsent­rasi menatap pintu air. ’’Mungkin ada sampah yang aneh-aneh,’’ katanya. Operator pintu air cukup sering melihat jasad seseorang yang hanyut. Jika sampai melihatnya, mereka bergegas menelepon polisi.

’’Hampir sebulan sekali kami menemukan mayat. Malah pernah sebulan kami menemukan tiga mayat,’’ kata Bagus. (*/c15/pri)

 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia