100 Kali Putar Hanya Terbuka 1 Sentimeter
BENDUNGAN Lengkong Baru sebenarnya merupakan wajah terbaru dari Bendungan Rolak 9. Bendungan Lengkong Baru selesai dibangun pada 1974. Menggantikan Bendungan Rolak 9 yang ada sejak 1957.
Pintu air di Bendungan Lengkong Baru juga merupakan penyempurnaan dari pintu air Bendungan Rolak 9. Bila pintu air di Bendungan Rolak 9 masih menggunakan tenaga manusia untuk menggerakkannya, tidak dengan pintu air di Bendungan Lengkong Baru. Pintu air di bendungan tersebut sudah menggunakan tenaga listrik untuk buka-tutup.
Meski begitu, pintu air Bendu- ngan Lengkong Baru tetap bisa dibuka secara manual. Tuas pembuka berada di delapan menara pengawas. Bersebelahan dengan kumpulan tombol panel di tiap menara. Hanya ada satu menara pengawas, yakni menara ke-9 yang tidak dilengkapi panel pembuka pintu air. Menara kesembilan dibiarkan kosong. Fungsinya menampung barang.
Kami berusaha mengoperasikan pintu air tersebut secara manual. Kami memutar tuas pintu air itu berkali-kali dengan harapan pintu air dapat segera terbuka. Terasa berat. ’’Butuh 100 kali memutar tuas itu untuk membuka 1 sentimeter pintunya,’’ jelas Bagus. Kami pun berhenti memutar tuas sembari tersenyum kecut.
Bagus menuturkan, membuka pintu air dengan cara manual tidak pernah dilakukan. Sebab, prosesnya bisa seharian penuh. Bayangkan saja, tinggi pintu air sekitar 5 meter atau 500 sentimeter. Artinya, butuh 50 ribu putaran tuas untuk membukanya secara penuh. ’’Makanya, operator pintu air zaman dulu tangannya besar-besar,’’ jelas Bagus, lantas tertawa.
Kami lantas beranjak menuju sisi utara Bendungan Lengkong Baru. Menuju pintu air Mlirip Rowo. Sekitar 200 meter ke sisi barat dari pintu air Lengkong Baru. Di titik tersebut, air dari Sungai Brantas mengalir menuju Gresik dan Surabaya. Pintu air Mlirip Rowo hanya memiliki dua pintu yang masing-masing memiliki tinggi 6 meter. Lebar pintu pertama 4 meter, sedangkan pintu kedua 5 meter.
Saat itu pintu air pertama hanya terbuka 80 sentimeter dan pintu kedua sekitar 45 sentimeter. ’’Dengan hitungan seperti itu, ada 20 meter kubik per detik air yang masuk ke Surabaya,’’ jelas Bagus. Pria asal Jombang itu menyampaikan, rata-rata daya tampung sungai di Surabaya sekitar 200 meter kubik per detik. Bila lebih dari itu, Kota Pahlawan bisa dipastikan terendam. (*/c15/pri)