Tampilkan Kemampuan Siswa Berprestasi
Sekolah harus bisa menjadi gudang inspirasi. Baik bagi guru maupun siswa. Berikut cara-cara yang bisa dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
DENGAN percaya diri, Kania Farah Ardani berpidato di depan teman-temannya. Siswa kelas IX-d SMPN 6 Sidoarjo itu berbicara mengenai pekerjaan rumah. Apa itu pekerjaan rumah dan apa manfaatnya melakukan hal tersebut bagi pelajar.
Kania berpidato tak menggunakan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Inggris. Tema yang sama dia tuturkan ketika mengikuti kompetisi pidato bahasa Inggris di SMAN 2 Sidoarjo pada Maret lalu. Saat itu, Kania berhasil menjadi juara ketiga. ”Harus sering berlatih dan dibiasakan ngomong dengan siapa pun,” ujar Kania kemarin (25/9).
Waka Kurikulum SMPN 6 Sidoarjo Sulastri mengatakan, Kania sengaja diminta berpidato di hadapan teman-temannya. Dengan begitu, teman-temannya terinspirasi dan mau belajar bahasa Inggris lebih tekun agar bisa bicara lancar seperti Kania. Kemudian, dilanjutkan sharing formal maupun informal. ”Karena sumber inspirasi bisa datang dari mana pun,” kata perempuan kelahiran Pasuruan, 29 September 1965, tersebut.
Bukan hanya Kania yang diminta sharing prestasi yang pernah dicapai. Siswa lain yang juga memiliki prestasi diminta melakukan hal yang sama. Bahkan, saat ada siswa baru masuk, seluruh ekstrakurikuler (ekskul) di SMPN 6 Sidoarjo ditampilkan.
Tujuannya, siswa baru memahami ekstrakurikuler tersebut. Karena itu, mereka bisa berga- bung sesuai dengan yang diminati. ”Ada 13 ekskul. Pengurus ekskul tersebut diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman mereka,” lanjut Sulastri. Bagi pengurus ekskul, selain berbagi inspirasi ke siswa lain, mereka mendapat suntikan ide, cara latihan, termasuk inspirasi dari alumni. Biasanya kakak-kakak kelas siswa yang sudah lulus datang ke sekolah untuk membantu melatih.
Untuk bidang akademik, pihak sekolah biasa mendatangkan narasumber dari luar. Termasuk lembaga bimbingan belajar. Wali murid pun diajak. Biasanya kegiatan tersebut berlangsung setiap November atau Desember. ”Kadang menjelaskan tentang kecerdasan, perkembangan anak, dan lainnya,” kata Sulastri.
Wali murid juga diberi kesempatan untuk menginspirasi. Satu semester sekali, pihak sekolah mendatangkan wali murid yang punya keahlian atau pengalaman tertentu untuk menunjang pem- belajaran siswa. Wali murid tersebut diminta sharing kepada siswa tentang pengalaman mereka tersebut.
Selama ini, 2–3 wali murid sharing ke seluruh siswa. Namun, semester depan, sekolah mulai meminta satu wali murid untuk sharing ke satu kelas. ’’Jadi, per kelas beda-beda, ada 24 kelas,” ujar Sulastri.
Di dalam kelas, guru juga bisa menjadi inspirasi. Sejumlah media pembelajaran berhasil dibuat guru untuk menunjang pembelajaran siswa. Luluk Widiastuti, misalnya. Guru matematika tersebut membuat tiga alat pembelajaran matematika untuk siswanya. Tujuannya, memudahkan siswa belajar matematika.
Ada yang namanya kartu gambar himpunan. Cara mainnya, siswa diberi amplop berisi belasan kartu dengan beragam gambar. Kemudian, mereka diminta mengelompokkan gambar tersebut agar menjadi himpunan. Misalnya, ada yang mengelompokkan gajah, jerapah, dan macan.
Setelah mengelompokkan, mereka harus menyimpulkan gambar tersebut. ”Dari situ bisa disimpulkan bahwa itu himpunan hewan berkaki empat,” jelas Luluk.
Ada juga kardom hansen. Kependekan dari kartu domino pecahan senilai. Cara mainnya mirip domino. Namun, bulatannya itu diganti dengan pecahan. Misalnya, yang muncul pecahan 4/2, maka kartu yang dikeluarkan harus punya nilai sama dengan 4/2. ”Dia bisa mengeluarkan kartu 6/3. Kalau nggak punya, berarti mati,” kata Luluk. Yang paling banyak mati itulah yang kalah. ”Ini kan inspirasi belajar matematika bagi siswa,” imbuhnya. (uzi/c7/ai)