Jawa Pos

Pelanggan PDAM Beralih ke Hippam

Air Lebih Lancar dan Bersih

-

GRESIK – Keberadaan Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (Hippam) pedesaan sangat membantu masyarakat mendapatka­n air bersih. Terutama saat musim kemarau. Hippam menjadi solusi dalam mengatasi ancaman kekeringan.

Bahkan, sejak Hippam masuk desa, banyak warga yang beralih pemakaian air. Yang sebelumnya berlanggan­an PDAM kini beralih ke Hippam. Fenomena itu, antara lain, terjadi di Desa Manyar Sidorukun, Kecamatan Manyar. ’’Su- dah tiga bulan ini saya menggunaka­n air Hippam,” kata Imam, salah seorang warga.

Selain lancar, kata dia, air Hippam di desanya cukup bersih. Bisa untuk mandi, mencuci, dan minum. Di sisi lain, harganya pun relatif murah. Yaitu, sekitar Rp 2 ribu per meter kubik (m3). Rata-rata dia membayar Rp 18 ribu per bulan. ’’ Yang terpenting, airnya lancar. Selama kemarau, airnya ngalir terus,” tuturnya.

Di rumah Imam masih terpasang meteran PDAM. Namun, setahun belakangan, ungkap dia, air milik BUMD tersebut tidak pernah mengalir. Kepala Desa Manyar Sidorukun Su’udin membenarka­n bahwa banyak war ganya yang beralih dari PDAM ke Hippam. Hampir seribu kepala keluarga (KK) di 17 rukun tetangga (RT) sudah menggunaka­n ’’PDAM lokal” itu. ’’Selain murah, airnya juga lancar,” kata Su’udin.

Hal serupa terjadi di Desa Leran. Kepala Desa Abdul Manan mengungkap­kan, di antara lima dusun di wilayahnya, sudah tiga dusun yang menggunaka­n Hippam. Sumber airnya berasal dari sumur bor yang dialirkan ke rumahrumah warga melalui jaringan pipa. ’’Tidak perlu PDAM lagi,” ujar Abdul Manan.

Pengelolaa­n Hippam yang bagus juga ada di Desa Kesamben Wetan, Driyorejo. Selain bermanfaat mengatasi kekeringan, Hippam telah menjadi badan usaha milik desa (BUMDes) yang potensial. Sebab, omzetnya mencapai Rp 20 juta per bulan. ’’ Kuncinya, Hippam harus dikelola dengan profesiona­l,” ujar Kepala Desa Kesamben Wetan Munasim Syafi’i.

Di tempat terpisah, Direktur Utama PDAM Muhammad mengapresi­asi keberadaan Hippam. Dia mengatakan tidak merasa tersaingi. Bahkan sebaliknya. ’’PDAM merasa terbantu dengan adanya Hippam,” ujarnya.

Hippam, lanjut Muhammad, membantu jangkauan layanan air bersih. Apalagi saat musim kemarau seperti saat ini. Dia pun setuju dengan pengembang­an Hippam di seluruh desa.

Di sisi lain, gerimis membasahi kawasan Desa Metatu, Benjeng, kemarin. Tetesan air membuka harapan masyarakat. Mereka ingin sumber air segera terisi. Sebagian masyarakat Desa Metatu masih menggantun­gkan kebutuhan air dari telaga di belakang pasar Metatu. Air dimanfaatk­an untuk mencuci dan mandi sejak puluhan tahun lalu.

Air telaga digunakan karena keterpaksa­an. Sebab, air PDAM sulit masuk. (mar/hen/c10/dio)

 ?? EKO HENDRI/JAWA POS ??
EKO HENDRI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia