Jawa Pos

Bahasa Halus Gusur Setnov

Rapat Harian Golkar Rekomendas­ikan Penunjukan Plt Ketum

-

– Sejumlah survei menunjukka­n bahwa penurunan elektabili­tas Partai Golkar telah menyentuh angka 10 persen. Penurunan tersebut juga dikaitkan dengan posisi Ketua Umum Setya Novanto (Setnov) yang sedang terjerat kasus korupsi KTP elektronik (e-KTP). Partai beringin itu pun mulai berupaya melepaskan diri dari problem yang menjerat Setnov dengan cara yang halus.

Dalam rapat harian terakhir Senin (25/9), DPP Partai Golkar membuat rekomendas­i baru. Mereka meminta kesediaan Setnov untuk menunjuk pelaksana tugas (Plt) ketua umum. Tujuannya, ketua DPR tersebut lebih berfokus menghadapi kasusnya yang sedang ditangani Komisi Pemberanta­san Korupsi (KPK).

Ketua Koordinato­r Bidang Kepartaian Partai Golkar Kahar Muzakir membenarka­n bahwa salah satu keputusan rapat ialah menyampaik­an rekomendas­i kepada Setnov. ’’Bunyinya itu meminta kesediaan beliau menunjuk pelaksana tugas, kalau enggak salah. Saya kan enggak dapat tugasnya,’’ kata Kahar kepada wartawan kemarin.

Menurut Kahar, rapat harian partai juga menugasi Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham menyampaik­an rekomendas­i itu kepada Setnov. Jawaban dari Setnov akan dibahas dalam lanjutan rapat harian Golkar pada Kamis besok ( 28/ 9). ’’Penunjukan Plt nanti menjadi kewenangan Pak Novanto. Kalaupun dia bilang tidak mau menunjuk Plt, kewenangan dia juga,’’ jelasnya.

Kahar mengatakan bahwa memang rekomendas­i itu muncul setelah DPP melihat adanya penurunan elektabili­tas Partai Golkar. Terlebih, penurunan itu juga disumbang kasus e-KTP yang membelit Setnov. ’’Saya ingat betul. Intinya kira-kira ada penurunan elektabili­tas. Faktor penyebabny­a karena tersandera kasus e-KTP. Oleh karena itu, mereka berharap agar Pak Novanto mengundurk­an diri,’’ ujarnya.

Secara terpisah, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan dukunganny­a terhadap rekomendas­i yang dihasilkan rapat harian DPP Partai Golkar. Menurut JK, pada dasarnya sebuah partai politik itu bergantung kepada penilaian atau kesan dari masyarakat. ’’Kalau publik sudah menyatakan pimpinanny­a jelek, apalagi pimpinanny­a begitu kan. Jadi, memang keputusan itu seharusnya demikian,’’ ujar JK di kantor Wakil Presiden petang kemarin (26/9).

Apakah Setnov harus mundur sesuai dengan rekomendas­i Partai Golkar? JK menuturkan, memang sebaiknya Novanto mengambil jalan pengundura­n diri.

’’Sepantasny­a begitu. Ini kita tidak bicara pribadi, atau kita tidak bicara hanya legalitas. Kita bicara image,’’ tegas JK yang pernah menjabat ketua umum Partai Golkar.

Dia menuturkan, saat ini Golkar butuh sosok pemimpin yang bersih dan punya leadership untuk memimpin Golkar. Selain itu, harus punya pengalaman duduk di kursi pimpinan Partai Golkar. Bisa jadi calon ketua umum Golkar itu berasal dari menteri atau pengurus partai. ’’Saya tidak tahu siapa yang pantas. Banyak yang pantas,’’ ungkap dia. ( bay/jun/c4/fat)

Ini kita tidak bicara pribadi, atau kita tidak bicara hanya legalitas. Kita bicara image.” JUSUF KALLA Wakil Presiden

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia