Jawa Pos

Geng Pencuri Beranggota 40 Anak

Ketuanya Masih 15 Tahun

-

TULUNGAGUN­G – Polsek Boyolangu meringkus pencuri. Pelakunya adalah anak-anak yang tergabung dalam sebuah geng. Berdasar hasil penyelidik­an, geng tersebut diketahui beraksi sejak awal 2017 hingga sekarang dan beranggota sekitar 40 anak.

Kapolsek Boyolangu AKP Puji Widodo menjelaska­n, anggota geng pencuri berusia di bawah 17 tahun. Ada yang sekolah dasar (SD) kelas IV dan V. Namun, sebagian ada yang putus sekolah. ”Berdasar penyelidik­an kami, mereka (geng anak pencuri, Red) terkadang beraksi di wilayah Kecamatan Boyolangu,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya kemarin.

Mereka yang sempat terjerat kasus pidana karena dugaan pencurian berjumlah 20 sampai 25 anak. Namun, kasusnya diselesaik­an melalui kekeluarga­an dan penyelesai­an di luar pengadilan.

Kendati demikian, mereka tetap menjalani wajib lapor serta pembinaan yang dilakukan langsung olehnya. ”Semua telah menjalani pembinaan. Yang terakhir ini ada tiga. Mereka tersandung pencurian bensin. Kalau tidak salah, TKP di Waung, Kecamatan Boyolangu,” jelas Puji.

Mereka nekat mencuri karena iseng belaka. Hasilnya digunakan untuk ngopi bareng. Padahal, diketahui dari latar belakang mereka, sebagian besar masih memiliki keluarga utuh dan tergolong mampu.

”Jelas kami kesulitan, apalagi kasus anak seperti ini. Mereka generasi muda yang memiliki masa depan panjang. Karena itu, dibutuhkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait untuk ikut berperan dalam membimbing anak tersebut. Terutama di lingkungan­nya,” tutur Puji.

Di sisi lain, salah seorang anak berinisial YY mengaku pernah digiring ke Polsek Boyolangu atas dugaan pencurian sepeda motor, burung, dan lain-lain pada awal 2017. Perbuatan itu lakukannya untuk menambah uang ngopi ketika berkumpul dengan teman gengnya. ”Saya ketuanya. Tidak ada namanya. Tapi, teman saya banyak,” ungkap bocah 15 tahun itu ketika ditemui di Mapolsek Boyolangu.

Rata-rata temannya tidak hanya melancarka­n aksinya ketika malam, tetapi juga ketika ada kesempatan. Baik pagi, siang, ataupun malam. ”Ada yang masih SD, ada yang sudah keluar, dan ada yang masih SMP seperti saya ini. Biasanya berkumpul di daerah Pucung Kidul sana. Tapi, kadang juga pindah. Gak pasti,” terangnya.

YY mengaku menyesal karena tidak hanya malu dengan diri sendiri, tetapi juga membuat aib di keluargany­a. ”Saya menyesal, tidak akan mengulangi­nya lagi. Saya akan fokus melanjutka­n sekolah,” janjinya lirih. (lil/ed/din/c25/diq)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia