Persaingan Lima Climber Nasional
PARA pembalap nasional tidak mau kalah dalam persaingan perebutan gelar juara individual alias general classification. Paling tidak ada lima nama pembalap nasional yang ikut bertarung.
Mereka adalah Dadi Suryadi (Terengganu Cycling Team), Aiman Cahyadi (Sapura Pro Cycling Team), Jamal Hibatullah (KFC Cycling Team), Hari Fitrianto (CCN Cycling Team), dan Bambang Suryadi (BRCC Banyuwangi).
Lima pembalap itu memiliki peluang besar karena samasama bertipe climber. Sebab, ITdBI memang balapan yang hanya bisa dimenangi climber tulen. Sebab, lintasan penentuan juara selalu menggunakan jalur tanjakan sangat curam menuju Paltuding di kawasan Gunung Ijen (etape ke-3).
Ya, di etape ke-3 ITdBI 2017, balapan memang ’’hanya’’ melintasi 116,3 km atau jarak terpendek kedua jika dibandingkan dengan tiga etape yang lain. Bandingkan dengan etape pertama yang start di Pasar Bajulmati dan finis di Kantor Pemkab Banyuwangi sepanjang 137,7 km dan etape kedua (Glenmore– Pemkab Banyuwangi) 180,9 km.
Meski jaraknya pendek, jalur itu justru terberat. Sebab, para pembalap harus melahap rute dari Muncar yang berada di 6 meter di atas permukaan laut (mdpl) menuju Paltuding setinggi 1.880 mdpl.
Para pembalap harus menaklukkan tanjakan-tanjakan maut di kawasan menuju Paltuding. Tanjakan tersebut bahkan menurut standar federasi balap sepeda internasional alias UCI merupakan hors categorie yang dalam bahasa Inggris juga disebut beyond category. Arti secara seder- hana, tanjakan yang paling berat.
Tanjakan terberat merentang 16 km terakhir menuju Paltuding. Sepanjang tanjakan tersebut para pembalap harus menghadapi jalanan yang curam hingga tingkat gradient mencapai 20–24 persen. Padahal, tanjakan maksimal yang ’’normal’’ untuk dilintasi kendaraan umum hanya 10 persen.
’’ITdBI selalu berat. Bukan hanya medannya, melainkan juga para pembalap yang turun bukan sembarangan. Hanya climber murni yang bisa memenanginya,” kata Hari Fitrianto. (ady/c4/tom)