Nonton Bola di GBT, Terkesan Bonek dan Lumpia
Baru dua pekan Chris Barnes bertugas sebagai konsul jenderal (Konjen) Australia di Surabaya. Meski begitu, dia sudah melakukan banyak aktivitas untuk lebih mengenal Kota Pahlawan. Bonek dan lumpia berkesan bagi dia.
’’ THIS is my dream job (Ini pekerjaan impian saya),’’ ucap Chris Barnes ketika ditemui di kantornya di Esa Sampoerna Center Senin (25/9). Menjadi seorang konsul jenderal (Konjen) Australia di Surabaya, Barnes dihadapkan dengan setumpuk proyek untuk tiga tahun mendatang. Apalagi, dia adalah Konjen pertama.
Barnes menginjakkan kaki di Surabaya pada 14 September. Hari itu kantor Konjen Australia di Surabaya diresmikan. Ada tiga hal yang membuatnya terkesan dengan tempat tinggal barunya tersebut
Yakni, energi, inovasi, dan kreativitas warga Surabaya.
Sebagai Konjen baru di Surabaya, Barnes juga memiliki sejumlah program dalam waktu dekat. Fokusnya adalah peluang bisnis, pendidikan, dan industri kreatif. Barnes memiliki latar belakang bisnis yang mumpuni. Pria 49 tahun tersebut sebelumnya merupakan komisioner dan direktur regional dari Kantor Perdagangan dan Investasi Australia Barat di Jakarta.
Dia juga pernah menduduki posisi-posisi senior di sektor swasta dan bekerja sama dengan kelompok-kelompok perdagangan di Indonesia. Barnes memegang gelar master di Bidang ekonomi dari Universitas St Andrews, sarjana hukum di University of Technology Sydney (UTS), dan sarjana seni dari University of Sydney.
Untuk mendukung program tersebut, dia tentu ingin mengenal karakter Surabaya lebih dekat. ’’Orang-orang menyambut saya dengan baik. Salah satu gol saya di sini adalah bisa menjadi bagian dari komunitas,’’ paparnya.
Karena itu, selama dua minggu di Surabaya Barnes banyak mengunjungi institusi pendidikan, sekolah, dan mengikuti berbagai kegiatan. Termasuk menonton Persebaya Surabaya kala bertanding melawan PSBS Biak pada babak 16 besar Liga 2 Jumat (22/9).
Kali pertama Barnes menonton Persebaya di Stadion Gelora Bung Tomo menjadi pengalaman yang luar biasa. Dia datang bersama putri semata wayangnya, Phoebe Barnes, dan staf Matthew Smith.
Matanya melebar diiringi tawa yang merekah di wajahnya. Decak kagum tertoreh di benak pria asal Sydney tersebut saat mulutnya mengucap Bonek. Stamina yang luar biasa. ’’ I Love the crowd! I love the enthusiasm and passion,’’ lanjutnya.
Bonek yang tidak pernah berhenti bernyanyi dan memberikan dukungan terhadap Persebaya sepanjang 90 menit membuatnya jatuh cinta. Permainan cantik Rendi Irwan dkk yang berhasil mencetak lima gol tanpa balas kepada tamunya tidak bisa dilupakan. ’’Seru, penontonnya tidak pernah berhenti bernyanyi,’’ ujarnya.
Bahkan, Barnes menyatakan ingin jadi bagian dari Persebaya. Ingin disebut Bonek dengan selalu hadir dalam setiap laga klub kebanggaan arek Suroboyo itu. ’’Saya baru seminggu di sini (Surabaya), suasana yang begitu hebat,’’ ungkapnya saat ditemui setelah pertandingan Persebaya Jumat (22/9).
Ada momen unik yang terjadi saat jeda babak. Saat itu Barnes, Phoebe, dan Matthew Smith diajak Presiden Persebaya Azrul Ananda untuk menikmati satu makanan khas di Stadion GBT, yakni lumpia. Barnes, Phoebe, serta Smith yang baru pertama merasakan lumpia sangat menikmatinya. Bahkan, Barnes mengatakan bahwa makanan tersebut sangat cocok jika dinikmati ketika menonton pertandingan sepak bola.
’’Ini namanya lumpia Persebaya. Ini makanan khas di sepak bola Indonesia,’’ kata Azrul kepada tiga tamunya asal Negeri Kanguru itu. Azrul juga bercerita bahwa lumpia yang disuguhkan kepada para tamunya tersebut dibeli dari pedagang yang kerap berjualan di kandang lama Persebaya, Stadion Gelora 10 Nopember. Diborong semua khusus dihadirkan dalam tiap laga tim berkostum hijau itu di GBT. ’’Dulu, saat masih di stadion lama, kalau Persebaya menang, di akhir babak lumpia ini diberikan gratis sebagai rasa syukur,’’ paparnya.
Tidak hanya diajak menonton Persebaya dan memakan lumpia, Barnes juga ikut turun ke lapangan bersama Azrul setelah laga. Dia diajak menikmati euforia saat anthem Song for Pride dinyanyikan bersama pemain dan 17 ribu Bonek yang memadati stadion yang diresmikan pada 2012 itu. Lagilagi, ketiganya tidak menyangka bahwa pertandingan sepak bola yang tidak jadi favorit di Australia bisa sangat meriah di Kota Pahlawan. ’’ Wow, saya tidak menyangka sepak bola semeriah ini,’’ ungkap Barnes kagum.
Puncaknya, Barnes dan putrinya menglilingi stadion GBT untuk menyapa Bonek bersama Azrul serta pemain Persebaya. Dia juga menyempatkan diri untuk berfoto dengan latar belakang Bonek bersama skuad asuhan Angel Alfredo Vera. ’’Saya tidak akan pernah melupakan momen ini. Saya berjanji datang lagi untuk menonton Persebaya,’’ tuturnya.
Barnes merupakan salah seorang penggemar olahraga. ’’Dulu, waktu masih muda, aku main sepak bola. Tapi, sekarang aku memilih golf,’’ ucapnya. Dia juga pernah menjajal berbagai olahraga lain seperti tenis dan cricket.
Euforia di Stadion Gelora Bung Tomo masih jadi kenangan yang melekat erat di benaknya. Lumpia mengingatkan Barnes pada meatpie. Meatpie bisa dikatakan lumpia versi Australia. Hanya, wujud dan isinya sedikit berbeda. Meatpie berbentuk lingkaran, sedangkan lumpia tabung. ’’Rasanya juga enak. Mirip meatpie. Membuat lumpia dan meatpie sama-sama membutuhkan keahlian khusus,’’ ucapnya.
Selain itu, dari menonton sepak bola, Barnes memaparkan filosofi di dalamnya. Sepak bola adalah kerja tim. Terdapat 11 orang di lapangan yang bekerja sama untuk mewujudkan gol. Implementasi tersebut juga terjadi di lingkungan bisnis. Semua orang harus bekerja sama untuk mencapai gol di bisnis. Filosofi tersebut menjadi penyemangat untuknya dalam mewujudkan gol kerja sama antara Australia dan Indonesia.
Bagi Barnes, Surabaya tidak hanya dikenal sebagai Kota Pahlawan, melainkan juga kota bagi pebisnis. Bahkan, Jawa Timur secara umum menjadi rumah kedua bagi beberapa pebisnis Australia. Hal tersebut dibuktikan dengan pabrikan manufaktur dan pengolahan oleh perusahaanperusahaan besar.
Surabaya merupakan kota muda yang penuh semangat dengan begitu banyak tempat untuk dikunjungi, berbelanja, dan makan. ’’Orang-orang yang saya temui sudah memberi saya deretan daftar makanan, coffee shop, dan tempat yang wajib saya kunjungi,” tuturnya. Tentu, hal tersebut terlalu menggiurkan bagi Barnes untuk dilewatkan.
Meski dalam waktu dekat tidak punya banyak waktu untuk berwisata, Barnes masih punya tiga tahun mendatang untuk bereksplorasi. ’’ Tak hanya di Surabaya, saya juga ingin mengunjungi kota lain di Jawa Timur seperti Malang, Banyuwangi, Blitar, dan lain-lain,’’ katanya.
Selain hobi berolahraga, penggemar sutradara kenamaan Indonesia, Joko Anwar, tersebut gemar menonton film. Menonton film menjadi aktivitas yang dilakukan bersama keluarga saat senggang. Pernah tinggal di Jakarta selama 2,5 tahun membuatnya paham karakter film Indonesia. ’’Saya suka horor Indonesia,’’ katanya. (*/rid/c15/ham)