Jawa Pos

Peringkat Kedua Nasional, Pernah ’’Magang’’ di Makkah

Sejak kecil, Sulaichan familier dengan buku-buku berbahasa Arab. Maklumlah, dia memang santri pondok pesantren (ponpes). Dari sana dia akhirnya tertarik menekuni dunia khat atau menulis indah bahasa Arab.

- HASTI EDI SUDRAJAT

MASJID Perumahan Graha Pesona Modong, Tulangan, tampak ramai. Di salah satu sudutnya, terlihat delapan remaja sedang asyik berdiskusi. Sejurus kemudian, seorang pria paro baya datang. Setelah mengucapka­n salam, dia meminta para pemuda tersebut membuka Alquran.

Sulaichan lantas menunjuk ba- gian belakang Alquran atau juz ke-30. Dia memilih Surah AnNaba’ dan menerangka­n makna dasar dari surah tersebut. Menurut Sulaichan, arti surah ke-78 dalam Alquran tersebut adalah berita besar. ’’Jumlah ayatnya 40,’’ jelasnya kemarin (26/9).

Beberapa saat berselang, pria 43 tahun itu mengambil kertas karton berwarna putih yang terletak tidak jauh dari tempatnya duduk. Dia kemudian meraih penggaris dan pensil untuk membuat sejumlah garis di atas karton. ’’Mari tulis ulang surat itu ke atas karton,’’ ajaknya.

Bapak empat anak tersebut menggoresk­an spidol ke atas karton dengan teliti. Goresan yang dibuat membentuk tulisan Arab. ’’Ini namanya khat naskhi,’’ terangnya.

Sulaichan menyatakan, jenis khat atau menulis indah cukup beragam. Selain naskhi, ada farisi, kuufi, riqah, dan tsuluts. Juga diwani dan diwani jali yang merupakan pengembang­annya. Di Indonesia, khat naskhi adalah yang paling sering digunakan. Sebab, hasil tulisannya mudah dibaca. ’’Ada kaidah-kaidah yang harus dipatuhi ketika membuat khat,’’ paparnya.

Sulaichan mengungkap­kan, keinginan mempelajar­i ilmu menulis khat itu bermula dari pendidikan agama yang didapatnya di Ponpes Manba’ul Hikam, Tanggulang­in. Menurut dia, mayoritas kitab yang dipakai gurunya adalah bahasa Arab. Lelaki kelahiran 1973 itu akhirnya tertarik belajar membuat tulisan seperti yang ada pada kitab. ’’Sejak kecil mondok,’’ katanya.

Dia menemukan jalan untuk menekuni cara menulis khat setelah lulus SMA. Petunjuk itu datang dari gurunya. Sulaichan disuruh belajar kepada Faiz Abdul Razaq. Faiz adalah penulis khat kondang yang memiliki rumah di Bangil, Pasuruan.

Sulaichan menjelaska­n, guru barunya yang merupakan penulis mushaf Istiqlal itu menghabisk­an banyak waktu di Jakarta. ’’Mulai belajar pada 1995. Dulu ilmu penulisan khat belum banyak diminati. Jadi, belajarnya sendirian, pergi pulang ke Pasuruan,’’ ujarnya.

Hampir dua tahun Sulaichan menekuni khat di Pasuruan. Suatu saat gurunya mengajak dia ke Jakarta. Sulaichan dipertemuk­an dengan para ahli penulisan khat dari seluruh Nusantara. Beberapa bulan berselang, Sulaichan diminta mengikuti perlombaan tingkat nasional.

’’Tidak ada target. Tetapi, alhamdulil­lah bisa mendapat juara harapan ketiga. Lombanya diikuti puluhan peserta,’’ ungkapnya.

Lomba tersebut diadakan setiap tiga tahun. Nah, pada kesempatan kedua, prestasi Sulaichan meningkat. ’’Dapat peringkat ketiga,’’ ucapnya. Tiga tahun kemudian atau pada 2003 prestasiny­a tambah menanjak. Dia berhasil menempati peringkat kedua.

Prestasi itu mengantarn­ya ke perlombaan serupa dengan level lebih tinggi. Kali ini pesertanya berasal dari negara-negara ASEAN. ’’Tidak juara. Namun, ada banyak pelajaran yang bisa diambil. Memperbany­ak kaidah khat,’’ tuturnya.

Pada 2008, Sulaichan berkesem- patan memperdala­m ilmunya dari sejumlah ahli penulisan khat di Makkah. ’’Harus benar-benar diperdalam karena ilmu ini memiliki banyak cabang,’’ ungkapnya. Cabang utamanya, terang Sulaichan, adalah penulisan naskah kitab. Selain itu, ada tiga cabang hasil dari pengembang­an tulisan. Yakni, kaligrafi pada halaman pertama Alquran, dekorasi dinding, dan seni lukis di kanvas. ’’Tiga cabang lain lebih condong ke seni,’’ lanjutnya.

Sepulang dari Tanah Suci, Sulaichan menjadi pegawai Kemenag Sidoarjo. Dia didapuk sebagai pembina penulis khat. Diharapkan, ada proses regenerasi agar anakanak muda juga memiliki kemahiran serupa. Sehari-hari dia menjadi staf administra­si di Kantor Urusan Agama (KUA) Wonoayu.

’’Bulan depan kebetulan ada lomba tingkat Jatim di Pasuruan. Jadi, pembinaan ke anak-anak lebih ditingkatk­an,’’ tandasnya. (*/c14/pri)

 ??  ?? KEAHLIAN LANGKA: Sulaichan saat mengajarka­n teknik menulis khat di masjid Perumahan Graha Pesona Modong, Tulangan, kemarin. EDI SUDRAJAT/JAWA POS
KEAHLIAN LANGKA: Sulaichan saat mengajarka­n teknik menulis khat di masjid Perumahan Graha Pesona Modong, Tulangan, kemarin. EDI SUDRAJAT/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia