Pakai Mesin Buatan Jepang
Proyek Bendungan Lengkong Baru dicanangkan pemerintah pada 1961. Namun, pembangunannya baru dimulai pada Juli 1970 dan selesai pada November empat tahun kemudian. Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Sutami yang meresmikannya. Bendungan baru itu beroperasi dengan menggunakan mesin-mesin dari Jepang. Menggantikan Bendungan Lengkong Lama yang ada sejak 1857, buah karya Belanda.
Dengan pembangunan Bendungan Lengkong Baru, pemerintah berharap lahan pertanian di sejumlah titik Delta Brantas teraliri air dengan baik. Saat itu luas lahan pertanian di sekitar Kali Porong mencapai 40.156 hektare.
Menurut Indra, sudah ada rencana untuk memermak wajah pintu air Bendungan Lengkong Lama agar memiliki daya tarik wisata. Saat ini pun bendungan Lengkong Baru, pintu air, dan semua bangunan sudah sekaligus berfungsi sebagai museum. Terbuka untuk umum. Sayang, hanya segelintir orang yang berkunjung. Akademisi dan peneliti paling banyak.
Dari balik jendela kantor yang berhadapan langsung dengan Bendungan Lengkong Baru, terlihat sebuah perahu karet bergerak lincah di kejauhan. Itu adalah perahu karet milik Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sidoarjo yang akan kami pinjam untuk mengarungi Kali Porong selama tiga hari ke depan. Tampak seseorang mengemudikannya.
Tiba-tiba HP saya berbunyi. ”Mas, kami sudah tiba di lokasi,” kata Sigit Setyawan, si penelepon yang tak lain kepala Dinas PUPR Sidoarjo. Sigit datang bersama perahu karet milik dinasnya dengan didampingi sejumlah petugas.
Saya pun bergegas membenamkan handphone ke saku celana serta pamit kepada Indra dan petugas di kantor Perum Jasa Tirta Subdivisi II, Mojokerto. ”Semoga sukses,” kata Indra sembari mengantar kami menuju pintu keluar. Setelah itu, bergegas kami menuju seberang, tempat Pak Sigit sudah menunggu di tepian Kali Porong. (*/c11/pri)