Jawa Pos

Dimintai Karcis, Kesal, Kembalikan Uang

Haduuuh, kapan ya elinge juru parkir (jukir) nakal ini. Mereka sudah sering dirazia. Sampai-sampai ada yang rompinya dicabut. Mereka masih saja menarik uang parkir melebihi aturan.

-

COBA saja parkir di Jalan Kalimantan, Perumahan Gresik Kota Baru (GKB).

Tukang parkir di sana suka seenaknya kalau menarik uang parkir. Beberapa hari ini, Bolo JP mampir ke warung bakso Cak Nano di Jalan Kalimantan. Matahari terik, menyengat. Begitu sepeda motor terparkir, jukir berompi oranye datang membantu. Bukan mau menolong parkir, jukir ya nunjuk-nunjuk tempat sepeda motor saja.

Setelah puas menikmati bakso, Bolo JP hendak mengeluark­an sepeda motor dari parkiran di teras warung itu. Jukir tadi men- dekat lagi. Matanya melirik. Lalu, dia bergaya mengatur jalan yang sebenarnya tidak terlalu ramai. Lancar-lancar saja, aman-aman pula. Rasanya sih itu cuma kode buat minta uang parkir. Satu lembar Rp 2 ribuan diberikan ke jukir. Jukir tersebut segera ngeloyor ke bawah pohon. Sejatinya, tarif parkir sepeda motor hanya Rp 1.000 sesuai peraturan daerah (perda).

Itu pengalaman hari pertama. Bagaimana selanjutny­a? Kejadian yang sama terulang. Setelah makan ke warung bakso itu lagi pada hari lain, Bolo JP mengeluark­an sepeda motor dari parkiran. Pelanpelan. Coba-coba ngetes apakah jukirnya bakal muncul.

Benar. Seperti biasa, jukir dengan cepat mendekat. Kali ini pun,

Bolo JP mengeluark­an selembar Rp 2 ribuan. Namun, Bolo JP sengaja meminta uang kembalian. Eh, jukir itu menjawab. ”Parkirnya memang dua ribu rupiah, Mas,” ucapnya.

”Kalau memang Rp 2 ribu, mana karcisnya?” tanya Bolo JP. Jukir tersebut ogah-ogahan memberikan karcis. Wajahnya merengut. Setelah terjadi eyel-eyelan, selembar karcis akhirnya diberikan. Sepertinya, dia kesal karena diprotes. Tidak tanggung-tanggung, uang Rp 2 ribu itu malah ikut dikembalik­an. Jukir tersebut lantas

nyelonong pergi sambil ngomel. ”Jukir nakal” juga praktik di tempat-tempat lain. Salah satunya, di kafe-kafe kawasan makam Putri Cempo, Kebomas. Sekitar pukul 21.00, parkiran sepeda motor terlihat sesak. Sekitar pukul 21.00, Bolo JP sulit mencari tempat parkir sepeda motor. Seorang jukir membantu. Ketika hendak diberi uang, dia menolak. ”Nanti saja,” ujarnya singkat.

Pukul 23.00, kafe sudah close order. Sebagian pengunjung mulai keluar kafe. Saat itulah, seorang jukir menghampir­i Bolo JP, lalu menyodorka­n karcis Rp 1.000. Tetapi, jukir tersebut minta Rp 3 ribu. Padahal, sepeda motor hanya parkir 2 jam.

” Lho Pak, kok mahal?” tanya Bolo JP. ” Iyo, gawe wong dispenda karo Pak Brewok (Iya, buat orang dinas pendapatan dan Pak Brewok),” ucap jukir. Siapa Pak Brewok? Jukir itu tidak menjawab. Sepertinya, dia spontan saja menyebut dua pihak yang dikesankan seolah-olah menerima setoran dari selisih uang parkir tersebut.

”Jadi (uangnya, Red) dibagi. Sebagian untuk orang dispenda, sebagian untuk Pak Brewok,” ungkapnya. Dia pergi, lagi-lagi tanpa menyebut nama. Kali ini, Bolo JP mengalah dan memberikan Rp 5 ribu. Kembaliann­ya, Rp 2 ribu. (adi/c20/roz)

 ?? ILUSTRASI: DAVID/JAWA POS ??
ILUSTRASI: DAVID/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia