Jarak? Oke. Speed? Aman. Panas? Ampun!
Gran Fondo dengan Peserta Terbanyak di Indonesia
SURABAYA – Wajah Ferry Palar meringis kelelahan. Tetapi, dia terus mengayuh kuat-kuat sepedanya beberapa meter sebelum garis finis Gran Fondo Jawa Pos (GFJP) Suramadu 2017 di Kenjeran Park, Surabaya, kemarin (14/10).
Saat benar-benar mencapai finis, wajah cyclist asal Sulawesi Utara itu berubah plong. Dia tarik napas panjang-panjang, lantas tersenyum lebar
”Gila, ini trek rutenya biasa aja. Tapi, panasnya itu lo, gila memang. Tadi di kolam renang (Bukit Jaddih, Red) saya langsung nyebur. Mantap!” ucap Ferry.
Cyclist asal klub Manado Cycling Mania itu kemarin berhasil menaklukkan teriknya Pulau Garam, julukan Madura. Kemarin sekitar 1.200 peserta dari delapan negara yang start. Dengan jumlah itu, ajang kemarin adalah Gran Fondo terbesar di Indonesia.
Namun, yang jelas, rute sepanjang 157 kilometer itu memang menyiksa. Mereka dihajar cuaca panas terus-menerus. Yang titik tertingginya mencapai 41 derajat Celsius. Namun, setelah mencapai finis, siksaan tersebut berubah menjadi kebahagiaan karena rasa bangga sanggup melewatinya. Jarak itu sebetulnya oke. Kecepatan juga aman-aman saja. Namun, panasnya itu membikin ampun.
”Menuju pit stop pertama masih fit. Menuju pit stop kedua mulai lemes, lapar. Nah, mau ke finis ini, boo, puanas. Luar biasa. Untungnya saya persiapkan minum cukup banyak, dua botol,” ucap Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Pol Royke Lumowa yang menjadi salah seorang peserta.
Rombongan cyclist berangkat pukul 06.45 WIB dari Kenjeran Park Surabaya dengan dilepas Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin. Sebelum start, bintang tamu yang merupakan salah seorang legenda cycling paling kondang Jens Voigt juga diberi ke sempatan mem berikan sambutan.
Mantan pembalap profesional yang sudah 17 kali ikut Tour de France itu ikut bersepeda dengan peserta hingga pit stop pertama di lapangan sepak bola Laboratorium Induk Senjata (Labinsen) TNI-AL di Desa Sukolilo Barat, Kecamatan Labang, sejauh 54 kilometer. Dia tidak bisa mengikuti ajang tersebut secara utuh karena mengejar pesawat menuju Bali.
Namun, tetap saja ada momen dahsyat. Yakni, ketika Voigt mengajak para peserta berteriak shut up legs! Bersama-sama. Dia melakukan itu sepenuh hati dan membuat suasana sebelum start sangat bersemangat. Shut up legs (diam lah kaki) adalah kutipan sangat kondang yang dia ciptakan.
Voigt mengatakan begitu terkesan dengan jumlah peserta GFJP Suramadu 2017 yang mencapai ribuan. Menurut dia, Jawa Pos Cycling telah berhasil meningkatkan animo olahraga sepeda, khususnya di Kota Surabaya.
”Ini pengalaman saya datang di Indonesia dan ternyata sangat mengesankan. Kemarin (13/10) saya disuguhi tanjakan yang ternyata tidak mudah (di Jatijejer, Trawas). Rutenya fantastis. Pemandangan cantik. Tidak ada di Jerman. Di Eropa, jika ingin mendapatkan rute seperti ini, harus pergi ke Spanyol Selatan, atau Italia Selatan,” katanya.
”Hari ini saya melewati jembatan yang indah. Rutenya me- mang datar, namun tantangan utama memang panasnya itu. Secara umum, menyenangkan sekali melihat antusiasme para peserta,” imbuhnya.
Bukti kekaguman Voigt adalah ketika dia sempat curi-curi waktu untuk selfie di atas jembatan terpanjang di Indonesia tersebut. Cuaca terik terus menghantam peserta. Beberapa cyclist bahkan tercecer di belakang peloton besar. Namun, masih ada bonus pemandangan indah yang juga menjadi daya tarik tersendiri. ”Panasnya gila! Tapi, puas fotofoto dengan background Suramadu. Hahaha,” ucap Melia Suteja, salah seorang peserta perempuan asal Jakarta.
Cuaca Pulau Garam kemarin berada di kisaran 39,7 derajat Celsius. Suhu sempat menembus 41 derajat Celsius saat memasuki kawasan wisata pertambangan kapur Bukit Jaddih di Kecamatan Socah yang menjadi lokasi pit stop kedua. Average kecepatan peserta diatur rombongan road captain di kisaran 30–35 kilometer per jam. Itu speed yang aman.
Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda yang juga menjadi road captain mengatakan, cuaca menyengat kemarin bisa diatasi dengan cara mengontrol speed secara stabil dan sebaik mungkin. Dia menambahkan, Gran Fondo Suramadu 2017 kali ini di- setting cukup menantang. Tapi tetap tidak ”mematikan”, khususnya bagi cyclist pemula.
”Rute tahun ini tidak berat, cenderung tidak ada tanjakan. Malahan, di antara total 157 kilometer, tanjakan setidaknya hanya 700 meter. Namun, tantangannya karena ini bulan Oktober, masih mengalami equinox (matahari berada di garis khatulistiwa sehingga sangat panas). Luar biasa yang diuji, yaitu ketahanan hati terhadap panas,” jelas Azrul.
” Tantangan cyclist adalah tanjakan dan panas. Kalau bisa menaklukkan tantangan alam, berarti benar-benar cyclist. Kadang kita tidak tahu kalau ternyata di sekeliling kita banyak hal yang menarik. Misalnya, kemarin kita melewati mercusuar dan melihat sendiri pembongkaran kapal. Apalagi, bisa bersepeda di atas Jembatan Suramadu. Kalau tidak menggunakan sepeda, kita tidak tahu ada hal berbeda di sekitar kita,” imbuhnya.
Berubahnya porsi rute Gran Fondo Suramadu 2017 menjadi lebih pendek ketimbang tahun lalu (237 kilometer) disebut Azrul justru membuat acara semakin baik. Malahan, untuk event-event ke depan, dia menyatakan akan menjaga jarak di seputaran angka 160 kilometer.
Cyclist asing juga mendapat impresi positif dari ajang ini. ”Kampung-kampung di Madura mengesankan. Sepanjang perjalanan anak-anak memberi saya tos sehingga membuat saya semakin bersemangat. Tidak ada alasan untuk tahun depan absen dari event ini. Saya akan turun lagi di Madura,” ujar Darren Earle, cyclist asal Australia. (irr/nic/c4/nur)