Kholaimi Jadi Hafizah Pertama di Ponpes Sunan Drajat
Kebakaran yang menewaskan tiga korban ternyata menjadi duka semua warga. Terutama pengasuh Ponpes Sunan Drajat. Fauzan merupakan santri bersama Kholaimi, istrinya, yang juga hafizah pertama di ponpes tersebut.
SEJAK peristiwa kebakaran itu, warga berbondong-bondong bertakziah ke rumah korban. Namun, rumah Fauzan yang berlantai dua tersebut masih dipasangi police line untuk proses penyelidikan kepolisian.
Tiga korban tewas terbakar dalam satu kamar. Mereka adalah Kholaimi, 49; Rossy Fauziah, 20; dan Sukirah,70. Warga mengevakuasi korban dengan cara beramairamai naik ke tembok. Semua korban segera dibawa ke Puskesmas Paciran.
Fauzan juga menjalani perawatan setelah mengalami luka bakar di kedua tangan dan punggung. Namun, saudagar sekaligus pegawai Puskesmas Paciran itu tak ingin lama terbaring menjalani perawatan. Dia meminta pulang untuk ikut mengantarkan ketiga jenazah keluarganya. Tepat pukul 10.00, ketiga jenazah korban selanjutnya dibawa ke masjid Ponpes Sunan Drajat untuk disalati.
Ada kedekatan Fauzan dan keluarganya dengan ponpes yang diasuh KH Abdul Ghofur tersebut. Kholaimi merupakan murid pertama di Ponpes Sunan Drajat sekitar 1990. Kholaimi juga hafizah (perempuan penghafal Alquran) kali pertama di Ponpes Sunan Drajat.
Saat menyampaikan pesan seusai salat jenazah di dalam masjid, KH Abdul Ghofur mengatakan, pasangan suami istri itu diaku seperti layaknya anak sendiri. ”Kholaimi dan Fauzan ini keduanya menuntut ilmu di Ponpes Sunan Drajat. Serta saya sendiri yang menjodohkan keduanya untuk menikah. Tawaran tersebut tak ada penolakan sama sekali dan langsung menikah,” ujarnya di atas mimbar masjid.
Bahkan, lanjut Abdul Ghofur, sebelum meninggal, Kholaimi dua hari sekali datang menemuinya untuk mengantarkan makanan. ”Dua hari sekali ketika pagi memberikan makanan dumbek (jajanan tradisional) dan lainnya. Pernah ada tamu, dia tetap menunggu sampai bertemu saya sendiri,” ucapnya mengenang almarhumah.
Di luar masjid, Fauzan tak henti mendapat ucapan duka dari kerabat dan warga. Memakai batik cokelat, Fauzan tak henti memintakan maaf atas kesalahan ketiga korban kepada kerabat dan warga yang bertakziah.
Fauzan menceritakan, sebelum subuh, istrinya sudah membangunkan anak beserta Sukirah yang sakit. Setelah itu istrinya memandikan mertuanya dan mengajaknya salat berjamaah. ”Saya (luka bakar, Red) di punggung dan kedua tangan. Terkena panasnya api di dalam gudang. Ibu kandung saya dimakamkan di tempat kelahirannya di Kecamatan Kedungpring,” ujar Fauzan seraya meneteskan air mata. Sedangkan istri dan anaknya dimakamkan di dekat Ponpes Sunan Drajat. (rij/c9/end)