Singo Edan Masih Melempem
MALANG – Bermain di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, di hadapan ribuan pendukungnya, belum mampu membuat Arema FC bangkit. Klub berjuluk Singo Edan tersebut masih melempem dan ditahan imbang tamunya, PS TNI, 1-1 pada pekan ke-29 Liga 1 tadi malam.
Dengan begitu, sudah empat laga beruntun Arema tidak menang. Sebelumnya, skuad besutan Joko ’’Getuk’’ Susilo menelan hasil buruk dalam dua pertandingan tandang. Mereka tumbang 1-6 oleh Bali United pekan lalu (8/10) dan kalah 0-2 oleh Perseru Serui (29/10). Lalu, imbang dengan Persija Jakarta 1-1 di kandang (24/9).
Aremania –sebutan pendukung Arema– sempat bangga dan berselebrasi ketika Esteban Vizcarra memecah kebuntuan pada menit ke-63 setelah menerima umpan Dedik Setiawan. Sayang, gawang Arema yang dikawal kiper ketiga Utam Rusdiana dijebol Sansan Fauzi melalui titik putih pada menit ke-74. Penalti itu diberikan setelah Utam melakukan pelanggaran terhadap striker Elio Martins.
Meski gagal memetik poin penuh, pelatih Joko Susilo tetap mengapresiasi anak asuhnya. Pria yang akrab disapa Getuk itu menilai permainan anak asuhnya meningkat jika dibandingkan saat dikalahkan Bali United pekan lalu. ’’Sayangnya, memang kami belum bisa mempersembahkan kemenangan,’’ ungkapnya.
Sepanjang laga, Arema mampu mendominasi permainan. Setidaknya, Johan Alfarizi dkk membukukan 67 persen penguasaan bola. Peluang yang miliki juga lumayan banyak. Mereka mampu melakukan 14 tembakan, 8 di antaranya mengarah ke gawang. Lebih dari separo tembakan sudah akurat.
Hanya, mereka gagal mencari celah gawang lawan yang dijaga Teguh Amiruddin. Kiper bernomor punggung 15 itu tampil gemilang menyelamatkan tujuh tembakan. Kegagalan menaklukkan Teguh, tampaknya, juga semakin membuat pemain Arema frustrasi.
Permainan terlalu terbuka kembali disuguhkan. Para pemain terlalu percaya diri untuk melakukan serangan. Padahal, PS TNI bertanding dengan pertahanan yang sangat kuat. Usaha menjebol pertahanan lawan tak kunjung berhasil. Mereka keasyikan menyerang sehingga melupakan sisi pertahanan. Transisi dari menyerang ke bertahan itulah yang diakui Getuk belum sepenuhnya dilakukan. Pemain cenderung sembrono menganggap lawan lebih senang bertahan. ’’Itu kemudian terjadi pada gol lawan. Awalnya karena mereka serangan balik cepat, lalu pemain kami melakukan pelanggaran. Penalti itu pun semakin membuat kami tertekan juga,’’ imbuh juru taktik 46 tahun tersebut.
Sementara itu, PS TNI yang memainkan sepak bola negatif dalam laga tersebut mampu bermain lebih efektif. Hanya lima tembakan yang dilakukan. Sisanya, mereka lebih banyak bertahan menunggu para pemain Arema keluar dari posnya.
Itu pun diakui pelatih Rudy Eka Priyambada. Dia memang menginstruksi anak asuhnya untuk menunggu lawan. Rudy menilai masalah transisi Arema merupakan kelemahan yang sangat sering dieksploitasi lawan untuk bisa mencetak gol.
Dia menjalankan strategi itu sesuai dengan kondisi skuad yang dimiliki. Maklum, ada tiga pemain andalan di lini belakang yang absen. Mereka adalah Manahati Lestusen, Abduh Lestaluhu, dan Franklin Anzite. ’’Skuad kami tidak sekuat biasanya. Kami kehilangan tiga pemain andalan di belakang. Jadi, kami memang harus melakukan sesuatu dengan kondisi yang ada. Kami beruntung bisa mencuri poin di sini,’’ tutur Rudy. (dit/c19/ham)