Jawa Pos

Waspadai Kejang tanpa Demam

-

GRESIK – Anak yang menderita epilepsi terus bermuncula­n. Di RSUD Ibnu Sina, selama Januari– Agustus 2017, tercatat ada 447 penderita. Sebanyak 24 anak di antara jumlah itu merupakan pasien baru.

Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Ibnu Sina dr Wiwik Tri Rahayuning­sih menyatakan, selalu ada kunjungan pasien epilepsi tiap bulan. Pasien anak paling mendominas­i. ’’Orang tua tidak bisa mengerti gejala yang dialami si anak,’’ ujarnya.

Wiwik menyebutka­n, banyak orang tua yang tidak bisa membedakan kejang dan gejala epilepsi. Padahal, dua kondisi tersebut merupakan hal yang berbeda. ’’ Yang pasti harus segera mendapat penanganan,’’ tuturnya.

Misalnya, yang dialami Muhammad Rahardian. Bocah 2 tahun itu sempat mengalami kejang selama beberapa menit sebelum dilarikan ke rumah sakit. ”Tidak tahu penyebabny­a. Kejangnya setelah subuh,” kata Bagas Wijaya, ayah Rahardian.

Bagas menuturkan bahwa gejala awal yang muncul hanya muntah dan kejang. Badan Rahardian juga sempat lemas. Keluarga lantas membawanya ke IGD RS Petrokimia. ”Sebab, jaraknya lebih dekat,” ungkap warga Perumahan Gresik Kota Baru (GKB) tersebut.

Bagas menjelaska­n, kondisi anaknya sempat membaik setelah pulang dari RS Petrokimia. Namun, tubuhnya masih lemas. Akhirnya, dia bersama sang istri, Barkah Rahmawati, memutuskan membawa Rahardian ke RSUD Ibnu Sina kemarin.

Dokter spesialis anak RSUD Ibnu Sina dr Tri Rahmadjian­to SpA mengungkap­kan, kejang bisa terjadi karena faktor keturunan. Jika orang tua memiliki riwayat kejang, anaknya berisiko mengalami hal yang sama.

Tri menyatakan, kejang dan epilepsi merupakan dua hal yang berbeda. Epilepsi terjadi tanpa disertai demam. ’’Kalau kejang biasa pasti disertai demam,’’ jelas alumnus Fakultas Kedokteran Universita­s Airlangga itu. ( adi/c20/dio)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia